Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Skenario Pilpres 2019 Menurut Priyo Budi Santoso

Kompas.com - 08/03/2018, 07:25 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso memperkirakan, setidaknya ada tiga skenario yang bisa terjadi dalam Pemilihan Presiden 2019.

Skenario tersebut adalah persaingan ketat antara kubu Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, munculnya poros ketiga, serta calon tunggal.

"Pertama adalah, head to head antara kubu. Ini agak berisiko pada demokrasi, mengulang pilpres sebelumnya yaitu kubu Jokowi dan Prabowo," kata Priyo dalam diskusi "Peta Politik Indonesia: Kiprah ICMI dalam Tahun Politik 2018" di Jakarta, Rabu (7/3/2018).

Kedua, kata Priyo, terdapat kemungkinan poros ketiga, sehingga muncul tiga calon dalam Pilpres 2019. Poros koalisi ketiga ini berpotensi dibentuk oleh tiga partai, yakni Partai Demokrat, PKB, dan PAN.

Keberadaan poros ketiga, menurut Priyo, justru akan semakin meredam potensi gesekan kuat antara kubu pendukung Jokowi dan Prabowo. Priyo juga melihat poros ketiga membuat kompetisi demokrasi pada Pilpres 2019 menjadi lebih sehat.

"Ini bagus untuk demokrasi dan menghindari tumbukan-tumbukan konflik secara langsung," kata politisi Partai Golkar itu.

(Baca juga: Tiga Syarat Capres-Cawapres Ideal Versi ICW)

Skenario terakhir adalah Pilpres 2019 hanya diikuti satu pasangan calon. Priyo menilai hal itu bisa saja terjadi mengingat MK telah menolak uji materi Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

MK menyatakan, Pasal 222 yang mengatur mengenai ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold tersebut tidak bertentangan dengan UUD 1945. Artinya, parpol atau gabungan parpol harus mengantongi 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional untuk bisa mengusung pasangan capres dan cawapres pada 2019.

"Itu saya baca dimungkinkan, karena dipaksakan oleh 20 persen kursi DPR atau 25 persen jumlah suara sah. Sangat mungkin adanya calon tunggal," kata dia.

Ilustrasi: Pemilu.SERAMBI/M ANSHAR Ilustrasi: Pemilu.
Situasi itu, kata Priyo, kondisi tersebut bisa memaksa Jokowi dan Prabowo sebagai kandidat kuat untuk berada dalam satu gerbong paslon Pilpres 2019.

"Ya siapa tahu Pak Jokowi, Pak Prabowo satu meja, jadilah mereka berdua. Sehingga yang lainnya ya sudah ikut semua," ujarnya.

(Baca juga: Peneliti LIPI: Munculkan Poros di Luar Jokowi dan Prabowo Jadi Tantangan Pilpres 2019)

Risiko bagi Jokowi dan Prabowo

Priyo menilai ketiga skenario ini tetap memiliki risiko bagi Jokowi. Sebab, isu-isu ketimpangan ekonomi di tengah gencarnya pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur tidak diimbangi dengan pemerataan sosial dan ekonomi di kalangan masyarakat.

Selain itu sosok Jokowi yang kerapkali dicitrakan anti-Islam juga membuat figur Jokowi sebagai calon presiden berada dalam kondisi tidak aman. Dengan demikian, Jokowi membutuhkan kriteria figur yang bisa menambah elektabilitasnya.

"Kriterianya menambah elektabilitas Beliau (Jokowi). Untuk mengisi elektabilitas Beliau jika ada yang bolong bolong tadi, kan ada masalah ekonomi dan citra islam," ujar Priyo.

Terkait dengan poros ketiga, Priyo melihat apabila koalisi poros ketiga terbentuk oleh Demokrat, PKB dan PAN, maka ini akan menjadi hal baru dalam kompetisi Pilpres 2019.

Para pemilih yang tak ingin atau tidak menyukai Jokowi dan Prabowo bisa mengalihkan suaranya ke paslon yang diusung oleh poros ketiga.

"Yang memungkinkan justru masyarakat politik kita itu, 'wah dibandingkan pilih 'gajah-gajah' (Jokowi dan Prabowo) ini lebih baik memilih calon dari poros ketiga sajalah'," kata Priyo.

Kompas TV ...sejumlah amunisi sudah disiapkan partai politik...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com