Zaadit mengatakan, ada tiga isu utama yang menjadi sorotan BEM UI. Pertama, adalah gizi buruk dan wabah penyakit di Asmat, Papua, yang kini sudah menewaskan puluhan orang.
Kedua, adalah rencana pemerintah mengangkat penjabat gubernur dari Polri/TNI. Langkah ini dinilai bisa membuat polri/TNI tak netral dalam Pilkada.
Ketiga, BEM UI juga menyoroti adanya draft peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa). Aturan baru itu dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
(Baca juga: Gara-gara Kartu Kuning, Pertemuan Jokowi dengan BEM UI Batal)
Zaadit mengatakan, BEM UI sebenarnya hendak menyampaikan langsung tuntutan ini ke Jokowi tanpa melakukan aksi.
Pihak rektorat menurut dia sudah menjanjikan adanya pertemuan antara Jokowi dan BEM UI. Namun, hingga pagi tadi, tak ada penjelasan lebih lanjut terkait janji tersebut.
"Jadi aksi ini upaya kami untuk bisa menyampaikan aspirasi kepada Pak Jokowi yang sudah bersedia hadir di UI," kata dia.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo memastikan, Presiden Joko Widodo tidak tersinggung dengan aksi mahasiswa UI yang mengacungkan buku kuning saat Dies Natalis ke-68 UI di Balairiung, Depok, Jumat (2/2/2018).
"Terhadap aksi ini, Presiden Jokowi biasa saja, enggak tersinggung," ujar Johan usai acara tersebut.
Presiden tetap mengikuti acara hingga selesai. Ia juga tidak memerintahkan apa-apa kepada jajarannya terkait peristiwa tersebut.
Johan juga menyebut, awalnya Jokowi sudah dijadwalkan menerima Ketua BEM UI usai acara. Namun, pertemuan itu urung dilakukan karena aksi yang terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.