Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Tinggal di Trotoar, Yasonna Akui Daya Tampung Rumah Detensi Terbatas

Kompas.com - 21/01/2018, 11:45 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan kementeriannya bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) dan badan PBB urusan pengusian, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) terkait masalah pengungsi asing di Indonesia.

Sebelumnya terjadi kasus di mana Rumah Detensi Imigrasi Kemenkumham di Kalideres, Jakarta Barat, yang seharusnya menampung pelanggar keimigrasian, malah kebanjiran pengungsi asing.

"Ini kan terus kami memantau, kami tetap terus kerja sama dengan IOM, UNHCR mencari jalan keluar-jalan keluar untuk mereka-mereka," kata Yasonna, saat ditemui di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (21/1/2018).

Dia mengakui terdapat keterbatasan daya tampung di Rumah Detensi yang dikelola kementeriannya. Termasuk di rumah sejumlah komunitas yang menampung para pengungsi.

(Baca juga: Alasan Pengungsi di Trotoar Kalideres Tak Bisa Masuk Rumah Detensi)

Yasonna mengungkapkan keperihatinannya. Sebab, para pengungsi yang hendak menuju negara ketiga terkendala karena negara tujuannya itu tidak mau menerima mereka.

"Nah, ini jadi persoalan kita sendiri, makin lama makin build-up, oleh karenanya kerja sama dengan IOM, UNHCR, harus terus kami tingkatkan, (karena) kami punya kemampuan terbatas," ujar Yasonna.

Bersama organisasi dan badan dunia tersebut, kementeriannya sedang mengkaji apakah perlu kerja sama untuk bersama-sama membangun fasilitas tempat penampungan pengungsi.

Politisi PDI Perjuangan itu belum dapat menjawab apakah pemerintah dapat memberi kebijakan agar para pengungsi asing itu diperbolehkan bekerja di Indonesia sambil menunggu solusi atas mereka. Termasuk apakah anak-anak yang mereka bawa bisa bersekolah.

"Ini yang jadi perlu kajian antar kementerian, karena pada saat yang sama ini memang demi kepentingan human rights, tapi pada saat yang sama negara Indonesia juga punya keterbatasan," ujar Yasonna.

"Maka kajian harus dilakukan secara mendalam bagaimana solusinya dan ini memerlukan kerja sama dunia internasional, terutama organ-organ PBB, terutama UNCHR dan bantuan IOM, untuk kita mencari jalan keluar. IOM sudah banyak bantu," tambah Yasonna.

Kompas TV Pencari suaka ini bertahan di depan gedung detensi imigrasi Jakarta Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com