JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Papua membentuk satuan tugas terpadu untuk menangani dampak kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, Satgas yang dibentuk sejak 15 Januari 2018 itu terdiri dari personel kepolisian, TNI, dan pemerintah daerah.
"Kemarin sudah berangkat melalui jalur Mimika, jalur laut. Karena Pulau Tiga posisinya lebih dekat dari jalur Asmat," ujar Kamal di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Akses yang bisa dilewati untuk mencapai Asmat hanya jalur laut dan sungai.
Baca juga: Wapres Minta APBD Papua Digunakan untuk Atasi Campak dan Gizi Buruk di Asmat
Tim tersebut membawa bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan susu untuk menunjang gizi mereka. Ada pula bantuan makanan untuk balita dari Pertamina dan sejumlah bank.
Oleh karena itu, selain menanggulangi, diperlukan juga upaya mencegah seperti pemberian vaksin dan sebagainya.
Kamal mengatakan, wabah campak dan gizi buruk terjadi karena kekurangan makanan dan lingkungan yang tidak sehat.
Baca: Wabah Penyakit di Asmat, TNI Kirim Paramedis hingga Dokter Spesialis
Selain itu, fasilitas kesehatan juga masih sangat minim.
"Kan di sana itu rawa-rawa. Untuk masyarakat Asmat dari rumah ke rumah itu jauh sampai setengah kilometer," kata Kamal.
Menurut pemerintah daerah setempat, tercatat ada 61 anak sejak bulan September 2017 hingga saat ini dikabarkan meninggal dunia akibat terkena penyakit tersebut.
Tim kesehatan dari Pemda setempat sudah diterjunkan ke 23 distrik (kecamatan) yang mencakup 224 kampung (desa). Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan wabah campak yang lebih besar.
Sejak September 2017 hingga 11 Januari 2018, RSUD Asmat dilaporkan merawat ratusan pasien campak. Sebanyak 393 orang menjalani rawat jalan dan 175 orang rawat inap.