Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Komisi I, Kontras Nilai Uji Kelayakan Calon Panglima TNI Tak Mendalam

Kompas.com - 08/12/2017, 08:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Yati Andriani mengkritik proses fit and proper test calon panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto oleh Komisi I DPR.

Menurut dia, seharusnya ada hal-hal yang bisa didalami lebih jauh.

"Komisi I tidak mampu mengelaborasi lebih dalam pertanyaan mengenai visi dan misi Marsekal Hadi jika menjabat panglima TNI," ujar Yati melalui siaran pers, Kamis (7/12/2017).

Baca: Jadi Panglima Terpilih, Hadi Tjahjanto Pastikan Netralitas TNI

Secara khusus, kata dia, Komisi I tidak mendalami pertanyaan seputar kekerasan yang hingga saat ini masih terjadi, baik di lingkungan internal TNI maupun kekerasan yang dilakukan oknum TNI.

Aktivis Kontras, Yati Andriani dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (10/12/2016).Ambaranie Nadia K.M Aktivis Kontras, Yati Andriani dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (10/12/2016).
"Kekerasan oleh TNI kan disebabkan misalnya karena persoalan pribadi atau persoalan bisnis di tingkat lokal. Ini bagaimana cara mengatasinya? Itu tidak ada," ujar Yati.

Kontras juga menyayangkan para wakil rakyat yang tidak memberikan arahan saat mengesahkan Hadi Tjahjanto sebagai panglima TNI pada sidang paripurna.

Baca: DPR Sahkan Hadi Tjahjanto sebagai Calon Panglima TNI

Yati mengingatkan, tugas wakil rakyat ketika melakukan uji kelayakan dan kepatutan seseorang bukan hanya sekadar memeriksa komitmen, visi, misi, dan rencana kerja.

"Namun, seharusnya juga bisa diberikan catatan-catatan, arahan-arahan apa yang mesti dilakukan panglima baru TNI sesuai dengan agenda reformasi di sektor keamanan dan pertahanan," lanjut Yati.

Setelah melalui fit and proper test di Komisi I DPR, Marsekal Hadi Tjahjanto disetujui dan disahkan menjadi panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan segera memasuki masa pensiun.

Baca juga: Meutya Hafid: Marsekal Hadi Tak Akan Berpolitik Praktis

Meski DPR sudah mengesahkan, hingga Jumat pagi ini belum diketahui waktu pelantikan Hadi.

Presiden Joko Widodo, Rabu siang, mengatakan, ia masih menunggu surat resmi dari DPR soal pengesahan Hadi sebelum melakukan pelantikan. 

"Selesai di sana (DPR) pun harus ada surat resmi yang saya terima. Jadi, saya menunggu proses di DPR," ujar Jokowi.

Kompas TV Rapat paripurna DPR mendukung Hadi Tjahjanto sebagai panglima TNI menggantikan Gatot Nurmantyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com