Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Terbatas, BNN Mengaku Sudah Berdarah-darah Cegah Narkoba

Kompas.com - 14/11/2017, 17:41 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Sulistiandriatmoko mengaku lembaganya sampai berdarah-darah dalam menghadapi darurat narkoba di Indonesia. Penyebabnya, karena persoalan narkoba masih dipersepsikan merupakan urusan lembaga anti narkoba tersebut sendirian.

Hal tersebut diungkapkan Sulistiandriatmoko, dalam diskusi dengan tema "Stop Narkoba Save Generasi Muda", di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2017).

Sulis mengatakan, dalam menangani masalah narkoba, ada tiga pendekatan yang dilakukan yakni pendekatan supply reduction, demand reduction dan harm reduction. BNN memakai dua di antara pendekatan tersebut yakni pendekatan supply reduction dan demand reduction.

Pendekatan supply reduction diketahui bertujuan memutus mata rantai pemasok narkotika mulai dari produsen sampai pada jaringan pengedarnya, sementara pendekatan demand reduction adalah memutus mata rantai para pengguna.

Baca juga : Polisi: Dari 100.000 Tersangka Narkoba, 40 Persen Usia Muda

Untuk urusan supply reduction, Sulis menyatakan BNN bisa dinilai sukses menjalankannya. Namun, dalam hal demand reduction, pihaknya mengakui hal tersebut belum berhasil dilakukan.

Penyebabnya karena keterbatasan anggaran dan personil yang ada untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

"Oleh karena itu demand (reduction) mau tidak mau, suka atau tidak suka, seluruh elemen masyarakat itu terlibat. (Jadi) Jangan salah persepsi urusan narkoba sudahlah urusanya BNN," kata Sulis.

Namun, pihaknya mengeluhkan kementerian dan lembaga lain, sejak Presiden mengungkapkan darurat narkoba pada Februari 2015, belum menunjukan kebijakan yang sejalan dengan yang disuarakan oleh Presiden.

Misalnya dalam hal menyediakan anggaran yang khusus untuk melakukan tes urine kepada pegawainya sendiri, sehingga urusan tes urine saja mesti dilakukan oleh BNN.

Baca juga : Jaringan Pengedar Narkoba Dibekuk, 10 Kg Ganja dan 40 Gram Sabu Disita

Padahal, jika sudah ditetapkan sebagai darurat narkoba, maka perlu ada anggaran, personil, program, dan peralatan yang khusus, dalam merespons darurat narkoba tersebut.

"Sudahkah mengalokasikan anggarannya untuk program darurat narkoba itu. Sudahkah menentukan program-program khusus dengan personilnya, peralatannya untuk mengatasi darurat narkoba itu, saya belum lihat itu," ujar Sulis.

"BNN ini sudah berdarah-darah ini mengatasi darurat narkoba itu, baik dalam pencegahan supply reduction dan demand reduction itu, dengan segala keterbatasannya," ujar Sulis.

Sulis mengungkapkan, total seluruh personil yang dimiliki BNN baik di tingkat pusat, provinsi, kota atau kabupaten yakni 4.700 orang. Padahal, lanjut dia, idealnya yakni 74.000 personel.

"Bisa dibayangkan efektivitas SDM-nya," ujar Sulis.

Baca juga : Istri Wakil Ketua DPRD Bali Ikut Jadi Pengedar dan Pemakai Narkoba

Anggaran satu tahun untuk seluruh BNN baik pusat, provinsi, kota atau kabupaten, tadi Rp 1,3 triliun satu tahun. Menurut Sulis, 70 persennya digunakan untuk membayar gaji pegawai. Sisanya 30 persen untuk pencegahan, rehabilitas, pemberdayaan masyarakat, dan pemberantasan narkoba.

"Faktualnya itu BNN enggak bisa buat apa-apa. Hanya semangat saja yang bisa berprestasi mengungkap berton-ton sabu, (dan) narkotika yang lain," ujar Sulis.

Kompas TV Seorang kakek ditangkap polisi saat akan mengonsumsi narkoba di Palembang.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com