Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diminta Waspadai Fenomena Pilkada DKI Terulang pada Pilpres

Kompas.com - 20/10/2017, 16:40 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat kepuasan masyarakat yang tinggi terhadap kinerja Presiden Joko Widodo tidak menjamin bahwa politisi PDI-P itu akan terpilih kembali dalam Pemilu Presiden 2019.

Sebab, belakangan muncul fenomena di mana masyarakat tak hanya memilih berdasarkan faktor obyektif seperti kinerja, tapi juga faktor subyektif.

"Yang terjadi setahun terakhir adalah fenomena yang tidak terjadi selama satu dekade sebelumnya. Perilaku politik warga global yang memilih pemimpin tidak semata-mata pada faktor yang obyektif, tapi faktor emosional," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam diskusi "Siapa Cawapres Jokowi?" yang digelar relawan Projo di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2017).

Burhanuddin mengatakan, fenomena ini setidaknya bisa dilihat dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, saat Donald Trump terpilih sebagai pemenang. Fenomena yang lebih dekat, kata dia, bisa dilihat dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Berdasarkan survei Indikator Politik, ada 74 persen warga Jakarta yang puas terhadap kinerja petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Namun, 30,4 persen yang menyatakan puas tidak mau memilih petahana. Akhirnya, Anies Baswedan-Sandiaga Uno pun keluar sebagai pemenang.

"Ini kalau tidak diantisipasi bukan tidak mungkin akan digoreng pada Pemilu 2019. Rakyat memilih berdasarkan faktor sentimen primordial. Gejalanya sudah terjadi. Ada upaya untuk mereplikasi untuk kepentingan elektoral yang lebih luas," kata Burhanuddin.

Apabila melihat dari survei terakhir, Burhanuddin menilai fenomena serupa sudah mulai terjadi. Survei Indikator Politik pada 17-24 September 2017 menunjukkan, sebanyak 68,3 persen masyarakat puas terhadap kinerja Jokowi-JK selama tiga tahun memimpin.

(Baca juga: Survei Indikator: 68,3 Persen Puas dengan Kinerja Jokowi-JK)

Namun, responden yang memilih Jokowi saat tidak diberikan pilihan nama, hanya mencapai 34,2 persen.

Saat simulasi delapan nama, Jokowi mendapat 54,6 persen. Sementara saat simulasi "head to head" layaknya Pilpres 2014 lalu, Jokowi mendapatkan 58,9 persen dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mendapatkan 31,3 persen.

"Artinya ada segmen tertentu masyarakat kita yang puas dengan kinerja Pak Jokowi tapi tidak mau memilih. Dari sisi kepala, mereka mengakui Jokowi bekerja keras, tapi mereka tidak mau memilih. Antara kepala dan hati berbeda," kata dia.

(Baca juga: Survei Indikator: Head to Head, Jokowi 58,9 Persen, Prabowo 31,3 Persen)

Kompas TV Fadli Zon menilai wajar Jokowi unggul dalam hasil survei yang dirilis SMRC, karena selalu mendapatkan publisitas dari media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com