Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jernih Melihat Dunia: Agnez Monica Dipuji, Dwi Hartanto Dicibir

Kompas.com - 16/10/2017, 20:45 WIB

KOMPAS.com - Penyanyi Indonesia, Agnez Monica, menuai pujian dari majalah mode kenamaan dunia. Itu tidak lain karena gaya busana Agnez dalam klip video "Long as I Get Paid".

Kompas.com mengulas penampilan Agnez dengan busananya yang agung itu dalam topik "Jernih Melihat Dunia" untuk menggambarkan betapa Indonesia kaya akan budaya.

Topik ini juga memuat sejumlah artikel yang mengajak pembaca untuk melihat harapan, menghargai perbedaan, dan menjernihkan pandangan. Berikut rangkuman artikel-artikel dalam tema "Jernih Melihat Dunia" pada pertengahan Oktober 2017.

Agnez Mo dipuji "Vouge"

Majalah mode Vogue kembali memuji penampilan Agnez Monica. Kali ini pujian itu ditujukan pada gaya Agnez pada klip video terbarunya, "Long as I Get Paid".

Dalam vdieo klip terbarunya Agnez menggabungkan budaya tradisional Indonesia dengan gaya modern. Ia memadukan bustier dan jubah batik glamor rancangan Anne Avantie dengan kacamata, belati, dan lainnya.

Busana yang dikenakan Agnez merupakan rancangan perancang kenamaan Indonesia, Anne Avantie.

"Meskipun, seperti banyak (artis) di (jalur musik) pop, dia (Agnez) menerjemahkan gayanya ke dalam garis pakaian tanpa nama, dan sering melangkah keluar dari landasan pacu yang menarik perhatian, gaya Mo bukan tanpa substansi," tulis Vogue.

Baca selengkapnya dalam artikel berikut:
Penampilan Agnez Mo di Long as I Get Paid Dapat Pengakuan Vogue
Fakta di Balik Penampilan Agnez Mo dalam Video Klip Terbaru
Cerita Agnez Mo Soal Ide di Balik Konsep Video Long as I Get Paid

Amelia Achmad Yani pada 30 Oktober 2017 pagi menjalani kegiatannya di Wisma Indonesia Sarajevo, tempat tinggalnya sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Bosnia dan Herzegovina.KOMPAS.com/ATI KAMIL Amelia Achmad Yani pada 30 Oktober 2017 pagi menjalani kegiatannya di Wisma Indonesia Sarajevo, tempat tinggalnya sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Bosnia dan Herzegovina.

Arti penting Pancasila

Bagi Amelia Achmad Yani (67), bulan September merupakan bulan yang akan selalu mengingatkannya pada peristiwa kelam bagi dirinya, keluarganya, dan bangsa Indonesia.

Amelia merupakan anak ketiga dari delapan putri dan putra almarhum Jenderal Achmad Yani dan almarhumah Yayu Rulia Sutowiryo. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 telah merenggut Achmad Yani sebagai Pahlawan Revolusi.

Di Hotel Novotel Sarajevo Bristol, 3 Oktober 2017, Kompas.com mewawancarai langsung Amelia, yang kini bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Bosnia dan Herzegovina.

Dalam wawancara itu, Amelia mengatakan bahwa setelah peristiwa G30S/PKI tersebut, ia pindah ke Dusun Bawuk, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 1988).

"Enggak ada listrik. Ibu saya menangis waktu itu," kata dia.

Di desa itulah Amelia menyembuhkan diri dari semua rasa dendam, rasa amarah, rasa benci, kecewa, iri hati, dengki.

Cerita selengkapnya dapat dibaca di artikel "Kisah Amelia Achmad Yani, 20 Tahun Menepi ke Desa Mengobati Luka Batin".

Sulastri, memegang foto wisuda anaknya, Dwi Hartanto yang lulus mengenyam pendidikan di Institut Sains dan Teknologi (IST) Akprind, Rabu ( 11/10/2017).KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi Sulastri, memegang foto wisuda anaknya, Dwi Hartanto yang lulus mengenyam pendidikan di Institut Sains dan Teknologi (IST) Akprind, Rabu ( 11/10/2017).

Kebohongan Dwi Hartanto

Dunia ilmu pengetahuan di Indonesia dikejutkan oleh pengakuan Dwi Hartanto, mahasiswa asal Madiun yang disebut-sebut "The Next Habibie". Dwi secara terbuka mengakui bahwa kisah tentang prestasinya yang "luar biasa" selama ini adalah bualan belaka.

Prestasi yang selama ini diklaim oleh Dwi diakuinya adalah kebohongan. Ia tidak pernah merancang Satellite Launch Vehicle ataupun roket TARAV7s (The Apogee Ranger versi 7s) seperti yang pernah disebutkan.

Dalam salah satu wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta, Dwi mengatakan bahwa proyek roket strategisnya digunakan pada Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ia mengaku berperan sebagai technical director di proyek itu. Dan, lagi-lagi cerita itu palsu.

Kebohongan Dwi lainnya adalah saat ia mengaku sebagai pemenang lomba riset teknologi antar lembaga penerbangan dan antariksa dari seluruh dunia di Cologne, Jerman. Nyatanya tidak begitu, ia sama sekali tidak memenangi lomba tersebut.

Atas semua hal itu, ibu kandung Dwi, Sulastri, meminta maaf kepada seluruh warga Indonesia. Ia berharap, semua pihak bisa memaafkan segala kesalahan anaknya hingga Dwi dicibir karena semua kebohongan itu.

Baca artikel terkait di tautan berikut:
Dwi Hartanto, The Next Habibie, Akhiri Kebohongan Besarnya
Kasus Dwi Hartanto, Haruskah Kita Menguliti dan Membunuhnya?
Bagaimana Caranya agar Tak Muncul Dwi Hartanto Baru di Indonesia?
Ibunda Dwi Hartanto Meminta Maaf kepada Rakyat Indonesia untuk Anaknya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com