Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam Pola Pelanggaran HAM di Indonesia yang Selalu Berulang

Kompas.com - 19/09/2017, 21:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) Kamala Chandrakirana menyebutkan, pola kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia selalu berulang.

Dari hasil pengumpulan database nasional yang didokumentasikan KKPK selama satu tahun enam bulan dan diliris pada 2014, Kamala menyebutkan bahwa selama 40 tahun, yaitu periode 1965 - 2005, jumlah kasus pelanggaran HAM mencapai 1.300 kasus.

"Kasus-kasus ini menceritakan logika rezim yang memunculkan pola-pola pelanggaran yang terus-menerus muncul, berulang," ucap Kamala dalam sebuah diskusi di Universitas Atma Jaya Jakarta, pada Selasa (20/9/2017).

"Dari hasil analisis terhadap data yang kami kumpulkan bersama ada enam pola yang berulang," kata dia.

Keenam pola kasus pelanggaran HAM itu yakni pembasmian; kekerasan dalam perampasan sumber daya alam; penyeragaman dan pengendalian; kekerasan antarwarga; kekerasan terhadap perempuan; serta kebuntuan hukum.

Kamala menuturkan, 1.300 kasus pelanggaran HAM yang terjadi sebagian besar pada masa Orde Baru tersebut telah memakan korban lebih dari 3.000 orang.

"Ini semua menjadi pola yang berulang," ujar Kamala.

(Baca juga: Imparsial: Penuntasan Kasus HAM Akan Pengaruhi Elektabilitas Jokowi pada 2019)

Dia mengatakan, maka dari itu apabila ada kasus pelanggaran HAM pada rentang masa itu yang bisa diselesaikan, seharusnya ada kasus serupa lain yang bisa dituntaskan pula. Namun, kata Kamala, sejauh ini tidak ada.

"Karena masih ada sistem yang telah terbangun selama 32 tahun yang masih punya nyawa dalam kehidupan kita hari ini. Jadi kalau kita lihat sekarang ada kebuntuan (hukum), itu tidak muncul begitu saja," ucap Kamala.

Selain Kamala, salah satu narasumber yang hadir dalam diskusi itu tak lain adalah ibu dari korban Tragedi Semanggi I, yaitu Maria Catarina Sumarsih.

Sumarsih menceritakan upayanya bersama keluarga korban dan para aktivis HAM dalam mendapatkan keadilan.

Melihat perjuangan korban Tragedi Semanggi I, Semanggi II dan Trisakti tersebut, Kamala menegaskan, perjuangan penyelesaian tungas pelanggaran HAM masa lalu bukanlah sebuah proses pendek.

"Ini akan berlangsung, dan bukan hanya Sumarsih, karena akar persoalan ini begitu dalam, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata dia.

Rangkuman dokumentasi yang dilakukan KKPK pun mencoba menggambarkan narasi yang menggabungkan kasus demi kasus pelanggaran HAM di masa Orde Baru, termasuk Semanggi dan Trisakti.

"Kita perlu melihat kasus dari kasus sebagai bagian tidak terpisah dari rangkaian, dalam konteks satu rezim Orba. Rezim ni telah menghasilkan pelanggaran-pelanggaran ini. Ini bukan anomali," ucap Kamala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com