Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gus Dur Berdebat Membela Islam yang Damai di Melbourne...

Kompas.com - 07/09/2017, 21:20 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada kisah menarik yang memperlihatkan sisi intelektual Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, terutama pandangannya mengenai Islam yang damai.

Kisah ini terjadi pada 1995, saat itu Gus Dur mengikuti sebuah konferensi bertajuk "Islam, Modernitas, dan Globalisasi", yang digelar Deakin University, Melbourne, Australia.

Peserta yang hadir forum tersebut pun tidak menyangka akan menyaksikan perdebatan menarik antara Gus Dur dengan seorang Muslim asal Pakistan.

Perdebatannya mengarah pada dua sisi Islam. Sisi yang satu merupakan pemikiran Islam sebagai instrumen etika dan perdamaian.

Adapun sisi yang lain merupakan pemahaman Islam yang lebih radikal, yang dilatarbelakangi kondisi umat Islam yang mengalami perang dan penjajahan fisik.

(Baca juga: Kata Gus Dur, Tuhan Tidak Perlu Dibela...)

Kisah perdebatan Gus Dur dengan orang Pakistan itu ditulis oleh Andree Feillard dalam buku Gila Gus Dur (2010), yang diterbitkan oleh penerbit LKIS.

Ceritanya, dalam konfrensi tersebut, seorang warga negara Pakistan dari Universitas Terbuka Leicester di Inggris, Asaf Hussain, membacakan makalah berjudul "The Islamic Resistance between Modernism and Postmodernism".

Makalah itu membahas tentang pembenaran perjuangan dengan kekerasan oleh kelompok Hizbullah di Lebanon. Garis besar argumennya, pada dasarnya, nasionalisme Islam atau negara kebangsaan (nation state) dalam Islam adalah salah.

Semula, menurut Hussain, negara Islam berbentuk kekhalifahan, kemudian menjadi kesultanan, dan kemudian menjadi negara kolonial, hingga kemudian menjadi negara kebangsaan (nation state).

Bagi Hussain, nation state adalah pengaruh dari pemikiran Barat atau westernisasi yang terjadi di negara-negara jajahan. Menurut dia, orang-orang Islam yang sekuler, bukanlah Muslim sejati.

Mereka harus "memilih antara pemikiran Islam dan pemikiran modern". Bagi dia, tradisi lokal dan budaya setempat juga menjadi hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. 

Andree Feillard dalam tulisannya menginterpretasi tradisi lokal dan budaya setempat itu sebagai "tradisi Indonesia" atau tradisi Nusantara.

Para intelektual Indonesia yang hadir saat itu tidak segera memperlihatkan bantahan atau menanggapi pernyataan Hussain.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com