JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 1998, terjadi kasus pembunuhan para dukun santet di Banyuwangi dan wilayah "Tapal Kuda" Jawa Timur. Gerakan tersebut diindikasikan sebangai gerakan anti-tenung yang merembet menjadi gerakan anti-kiai.
Sejumlah versi muncul terkait kasus yang sudah dinyatakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia berat ini.
Salah satunya, motif di balik kasus pembunuhan tersebut adalah untuk mengadu domba antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Dalam buku berjudul Gila Gus Dur (2010) terbitan LKIS, penulis Andree Feillard mengungkapkan bahwa pendiri PKB Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyatakan, kasus tersebut merupakan suatu upaya untuk memecah antara dirinya dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Gus Dur bertanya, siapa yang diduga mau membunuh para dukun santet. Ia sendiri yang menjawab bahwa pihak yang akan dituduh sebagai pembunuh nantinya adalah para ulama.
Menurut Gus Dur, karena para korban yang diduga para dukun santet, tidak melaksanakan ibadah. Sehingga, dengan membunuh para dukun santet, akan membangkitkan kemarahan terhadap kiai.
Inilah yang dinilai sebagai cara memisahkan dan bahkan mengadu domba antara PDI-P dengan PKB.
(Baca juga: Ketika Gus Dur dan Megawati Bertengkar...)
Pada Maret 1999, Gus Dur pernah menyatakan, ia yakin bahwa PDI-P dan PKB bersama-sama akan bisa meraih suara 60 persen. Namun, Gus Dur tidak yakin Megawati memperoleh cukup suara untuk terpilih menjadi presiden.
Pada September 1999, ketika berada di Paris, Andree Feillard bertemu dengan Gus Dur. Saat itu Gus Dur menelpon dia di sela kegiatan bertemu dengan mantan Perdana Menteri Perancis, Pierre Mauroy.
Timor Timur menjadi pembahasan utama keduanya. Akan tetapi, pembicaraan internal politik selalu terungkap dengan sendirinya.
"Mega atau saya, sama saja," kata Gus Dur, saat ditanya mengenai calon pemimpin Indonesia pasca-jatuhnya Presiden Soeharto.
(Baca juga: Cerita Fidel Castro yang 'Ngakak' Dengar Lelucon Gus Dur)
Saat duduk di kereta kembali ke Gare du Nord, Andree bertanya mengenai optimisme Gus Dur menjadi Presiden Indonesia mendatang.
"Apa yang akan Anda lakukan jika menjadi presiden untuk memberantas korupsi?" tanya Feillard.
"Saya akan pecat siapa pun menteri-menteri saya yang korup," ucap Gus Dur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.