JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang berbeda dengan Aksi Kamisan ke-505, Kamis (7/9/2017), dengan aksi-aksi pada Kamis sebelumnya.
Puluhan orang berpakaian berwarna gelap dan berpayung hitam mengenakan topeng wajah Munir Said Thalib, aktivis HAM yang dibunuh, 13 tahun lalu.
Mereka berdiri menghadap Istana Kepresidenan.
Orasi dan musikalisasi puisi digelar di tengah kerumunan, lengkap dengan pengeras suara. Tidak jauh dari situ, kedai Filosofi Kopi menyediakan secangkir kopi hitam gratis.
"Tadinya kami mengundang Pak Jokowi ke acara 'Ngopi Bareng Munir'. Kami dengar Pak Jokowi kan suka ngopi-ngopi. Makanya kami bikin acara ini supaya bisa bertemu keluarga korban," ujar Nisrina Rahman, staf Divisi Kampanye Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) saat berbincang dengan Kompas.com di sela-sela Aksi Kamisan, seberang Istana Kepresidenan, Kamis sore.
Baca: Idealisme Munir dan Ironi Kematian di Pesawat Garuda...
Orang-orang yang datang juga tidak hanya berasal dari kalangan aktivis HAM dan mahasiswa.
Terlihat sekumpulan siswa SMA dan aktor film Filosofi Kopi, Rio Dewanto dan Chicco Jericho juga ikut dalam aksi itu.
Aksi Kamisan ke-505 itu didedikasikan untuk memeringati kematian Munir yang dibunuh pada 7 September 2004.
Pria yang akrab disapa Cak Munir itu meninggal dunia dalam perjalanan menuju Belanda, negeri yang menjadi tujuannya bersekolah selama beberapa tahun ke depan.
Dia diracun dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta menuju Amsterdam, yang sempat transit di Singapura.
Sejumlah pengadilan telah dilakukan untuk mengadili pelaku pembunuhan Munir.
Baca: 7 September 2004, Munir Said Thalib Tewas Dibunuh...
Dalam kasus ini, pengadilan telah menjatuhkan vonis 14 tahun penjara terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda yang saat itu sedang cuti, sebagai pelaku pembunuhan Munir.
Sejumlah fakta persidangan juga menyebut adanya dugaan keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara dalam kasus pembunuhan ini.
Namun, pada 13 Desember 2008, mantan Deputi V BIN Mayjen Purn Muchdi Purwoprandjono yang menjadi terdakwa dalam kasus ini divonis bebas dari segala dakwaan.
Istri Munir, Suciwati, dalam orasinya meminta Presiden Joko Widodo menuntaskan Kasus pembunuhan suaminya.
Menurut Suciwati, Presiden Jokowi pernah berjanji akan menuntaskan kasus Munir saat mengundang 22 pakar hukum dan HAM pada 22 September 2016.
Selain itu, dia juga meminta pemerintah mengumumkan hasil Tim Pencari Fakta kasus Munir kepada publik.
"Hari ini, 13 tahun lalu suami saya Munir Said Thalib dibunuh. Semoga Bapak Presiden masih ingat peristiwa pembunuhan yang menimpa suami saya. Dia dibunuh dengan cara curang serta pengecut. Hampir satu tahun saya belum melihat janji yang Bapak Presiden ucapkan terealisasi," ujar Suciwati.