Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gus Dur yang Hendak Digulingkan dari Kepemimpinan NU

Kompas.com - 07/09/2017, 09:43 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama memimpin Nahdlatul Ulama (NU), Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tak lepas dari pergolakan internal di salah satu organisasi besar umat Islam itu.

Di dalam buku "Gila Gus Dur" yang merupakan kumpulan kisah terbitan LKIS, Andree Feillard menceritakan intrik demi intrik yang harus dihadapi Gus Dur selama memimpin NU.

Konflik internal mulai terjadi tepatnya pada saat musyawarah nasional Nahdlatul Ulama (NU) pada November 1987 di Cilacap berlangsung. Gus Dur menghadapi tantangan dari orang-orang yang berseberangan dengannya.

Waktu itu ada yang menggugat pernyataan Gus Dur tentang "assalamu’alaikum" yang boleh digantikan dengan "selamat pagi". Ucapan "assalamu'alaikum", menurut Gus Dur, lebih pas digunakan untuk memberi salam dalam acara-acara keagamaan.

(Baca: Di Balik Misteri Tidur Gus Dur)

Paman Gus Dur sendiri, KH. Yusuf Hasyim bahkan dengan mengutip sebuah majalah menyatakan bahwa kasus selamat pagi-nya Gus Dur ini sudah terdengar sampai ke Saudi Arabia. Tetapi tampaknya, sebenarnya orang tidak begitu mempedulikan kasus tersebut, kecuali lawan-lawan politiknya Gus Dur.

Kiai Achmad Siddiq merupakan salah satu pendukung Gus Dur pada munas ini. Ia menunggu Gus Dur hingga malam, saat Gus Dur menjawab semua serangan yang diajukan kepadanya dalam munas tersebut.

Gus Dur, ternyata menjawab dengan brilian, dan menyerang balik dengan cerdas tetapi tetap hormat.

Berjuang sendirian

Setelah bertahun-tahun Gus Dur didampingi rekan setianya di NU, Kiai Achmad Siddiq wafat pada 23 Januari 1991. Ia meninggalkan Gus Dur "sendirian" untuk meraih cita-citanya.

Saat Kiai Achmad Siddiq wafat, beberapa pekan sebelumnya terbentuk Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang banyak mengubah konstelasi politik di sekitar NU.

Gus Dur, menolak untuk bergabung dengan ICMI, suatu langkah yang mengurangi kuatnya legitimasi Islam terhadap kekuasaan Presiden Soeharto ketika itu.

Sebaliknya, penolakan Gus Dur ini memunculkan tantangan besar terhadap kepemimpinannya di NU. Penolakannya itu memperkuat oposisi "para politisi" terhadap Gus Dur sebagaimana terjadi sebelumnya di Munas Cilacap.

(Baca: Selamat Ulang Tahun, Gus Dur!)

Munas Lampung pada tahun 1992 disebut sebagai puncak pergolakan tantangan babak kedua setelah Cilacap dalam usaha "menggulingkan" Gus Dur.

Kiai Ali Yafie, yang menjadi pemimpin ICMI, tidak bisa naik menggantikan KH Achmad Siddiq sebagai rais aam syuriyah meskipun berada di urutan kedua dalam struktur kepengurusan lembaga tertinggi dalam NU itu.Ini mungkin saja kemenangan G us Dur atas tantangan yang keras itu.

Dua tahun kemudian, di Muktamar Cipasung, Desember 1994, serangan terhadap kepemimpinan Gus Dur lebih terkoordinasi.

Abu Hasan, seorang pengusaha dari Sumatra hampir saja memenangkan kompetisi melawan Gus Dur di bawah semboyan ”Asal Bukan Gus Dur", berkat campur tangan ekstenal.

Namun, para kiai sepuh menahan air mata pada malam itu, ketika proses demokrasi riil terjadi dan memenangkah Gus Dur untuk memegang tampuk kepemimpinan NU kembali.

Penolakan Gus Dur untuk bergabung dengan ICMI dan Soeharto, memang sangat mahal harganya, tetapi Gus Dur berhasil bertahan.

Kompas TV Seperti apa tradisi Lebaran ala keluarga Yenny Wahid?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Nasional
Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nasional
Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Nasional
Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Nasional
Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Hari ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Nasional
Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Nasional
Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Nasional
Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Nasional
Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Makkah

Nasional
Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Indonesia-Vietnam Kerja Sama Pencarian Buron hingga Perlindungan Warga Negara

Nasional
Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Survei IDEAS: Penghasilan 74 Persen Guru Honorer di Bawah Rp 2 Juta

Nasional
Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas KPK Tunda Putusan Sidang Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Jokowi Minta Relokasi Rumah Warga Terdampak Banjir di Sumbar Segera Dimulai

Nasional
JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

JK Sampaikan Duka Cita Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Nasional
PKS: Kami Berharap Pak Anies Akan Dukung Kader PKS Sebagai Cagub DKJ

PKS: Kami Berharap Pak Anies Akan Dukung Kader PKS Sebagai Cagub DKJ

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com