Tujuan mengobarkan konflik horizontal ini adalah agar akar persoalan sebenarnya menjadi kabur dan tersamar.
Sehingga, Mahmud menilai penyelesaian kasus Rohingya akan sangat sulit, terlebih melihat banyaknya pihak, negara, dan korporasi yang berkepentingan terhadap penguasaan aset, kapital maupun sumber daya di kawasan tempat etnis Rohingya tinggal.
GP Ansor mencermati, tragedi terhadap etnis Rohingya didiamkan pemeluk agama mayoritas di sana, termasuk tokoh Myanmar, Aung San Su Kyi, penerima Nobel Perdamaian.
Atas semua masalah ini, Mahmud mengajak semua pihak untuk mendoakan etnis Rohingya yang menjadi korban konflik.
"Akhirnya, GP Ansor mengutuk keras tragedi kemanusian terhadap saudara-saudara kita etnis Rohingya di Myanmar," ujar Mahmud.
Baca: Gerilyawan Rohingya Serang Pos Polisi Myanmar, 32 Orang Tewas
Ia sekaligus mengajak semua pihak untuk menyatukan hati, tekad, semangat dan usaha, satu tujuan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, melalui tagar #KitaIniSama.
"Serta tentu saja tidak memilih diam terhadap setiap ujaran kebencian, permusuhan dan persekusi terhadap minoritas," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.