Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dino Umahuk

Dino umahuk adalah sastrawan Indonesia kelahiran Maluku. Selain menulis puisi, ia juga menulis kolom dan menyutradarai film dokumenter. Ia kini mengajar di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Republik Jagoi

Kompas.com - 31/07/2017, 12:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

HIIDUP di garis batas negara, ibarat ayam yang kehilangan induk. Mereka harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Buruknya infrastruktur jalan, pendidikan, kesehatan dan berbagai fasilitas publik, membuat hidup semakin mahal dan sulit terjangkau.

***

Ini cerita kecil dari Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Desa Jagoi berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak, Malaysia.

Di kawasan perbatasan seperti Jagoi, nasionalisme dan kebutuhan dasar hidup, bagai dua sisi mata uang yang masing-masing mencari jalannya sendiri. Kadang bersua muka, namun lebih sering berpunggung badan.

Ada satu karakteristik khas di perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia. Meski terpisah batas negara, warga sepanjang perbatasan memiliki hubungan erat.

Meski secara geografi memisahkan kewarganegaraan karena adanya garis batas negara, kekerabatan dan hubungan darah membuat hubungan mereka tak pernah terputus.

Kondisi itu membuat warga di perbatasan, saling bergantung dan membutuhkan. Meski di sisi lain, kebutuhan dan akumulasi kapital menisbikan hubungan dasar tersebut.

Masardi (32 tahun), Ketua Harian PODJ (Persatuan Ojek Desa Jagoi) mengatakan, pusat pemerintahan desa dari perbatasan paling jauh 5 km.

“Dengan jarak itu, harusnya menjadi beranda depan, bukan beranda belakang,” kata Masardi.

Warga di Jagoi Babang terbiasa menggunakan dua mata uang. Rupiah dan Ringgit. Apakah kebiasaan itu pengingkaran dari nasionalisme?

Tentu saja tidak. Kebutuhan hidup di perbatasan membuat warga harus bersikap realistis dan pragmatis menyikapi keadaan.

Ketika mereka ngotot untuk tetap menggunakan uang rupiah atas nama nasionalisme, bisa dipastikan mereka tidak akan bisa beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup di perbatasan.

Perbedaan pembangunan ibarat langit dan sumur bor. Pemerintah Malaysia membangun wilayah perbatasan mereka dengan baik. Pemerintah negeri tetangga menyediakan pelayanan publik bagi warganya. Ada pendidikan gratis dan kesehatan bagi warga.

Sementara di wilayah Indonesia, pemerintah kurang memperhatikan pembangunan perbatasan. Kondisi itu, menciptakan batas sosial dan kecemburuan.

Tak dapat dipungkiri, pembangunan kurang menyentuh perbatasan. Sementara janji-janji politik selalu diberikan pada warga, menjelang hajatan pilkada atau pemilu.

Padahal sesungguhnya, permasalahan mendasar di perbatasan adalah infrastruktur. Peningkatan ekonomi perbatasan tak bisa bergerak, karena infrastruktur tak layak.

Potensi Jagoi

Jagoi sebenarnya memiliki banyak potensi. Setiap warga punya lahan. Ada yang menanam karet, lada, sayur-sayuran, dan lainnya. Hasil kebun, ada terong, keladi, mentimun, kacang panjang, cabe, pisang, nanas dan ubi. Sayur ditanam dengan cara tumpang sari di ladang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut, Meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut, Meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Nasional
MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

Nasional
Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com