JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyanjung Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, atas kepeduliannya terhadap kedaulatan negara.
Menurut Gatot, ketika Mega, sapaan akrab Megawati, menjabat sebagai anggota DPR pernah mendapat tugas melobi Kuba untuk abstain atau tidak ikut menentukan Timor Timur untuk dibahas dalam rapat Dewan Keamanan PBB.
Saat itu, kedutaan besar RI di Amerika Seerika sempat bingung lantaran Mega tidak merokok tetapi memegang cerutu.
"Kemudian cerutunya itu di dalam ruangan sidang diangkat-angkat (oleh Mega sambil berkata) 'Cuba, Indonesia, Megawati, Soekarno'," kata Gatot dalam acara Pembekalan kepada Calon Perwira Remaja TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur (21/7/2017).
(Baca: Gatot Nurmantyo: Tidak Etis Saya Berambisi, Beradu dengan Presiden)
Maksud Mega pun dipahami. Kemudian Delegasi dari Kuba menyampaikan kepada negara-negara sahabatnya di Afrika Selatan untuk abstain dalam penentuan pembahasan Timor-Timur di rapat PBB.
"Saat itu batal dimasukan Timor-Timur dalam pembahasan Dewan Keamanan PBB. Ini satu hal yang luar biasa," kata Gatot.
Kemudian, lanjut Gatot, pada saat Mega menjadi Presiden, kondisi kritis tengah dialami militer Indonesia lantaran diembargo Amerika dan sekutunya. Dalam kondisi seperti ini, Mega tak berhenti berpikir untuk membeli pesawat dan senjata dari Uni Soviet (Rusia).
"Antara lain hasilnya sekarang, yang membuat kita ditakuti karena kita mempunyai (pesawat) Sukhoi," kata Gatot.
(Baca: Puisi "Jaka", Panglima TNI Ingatkan Ancaman Migrasi Penduduk Dunia)
Menurut Gatot, jerih upaya Mega saat itu memecahkan persoalan di tengah keterhimpitan akibat embargo.
"Jadi diembargo rupaya lebih bagus, kita bisa dapat Sukhoi," kata dia.
Selain itu, kata Gatot, Mega juga tak menolak ketika dibebankan tugas sebagai Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Meskipun di bawahnya itu merupakan pejabat eselon 1.
"Beliau menerima jabatan itu bukan karena jabatannya, tapi karena, mungkin saya yakin, amanah dari ayahanda (Soekarno) untuk membuat ideologi Pancasila tetap kekal dan abadi di Indonesia ini," kata Gatot.