JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyoroti persoalan impor ilegal di Indonesia.
Meski jumlahnya kecil, Gatot berpendapat, impor ilegal merusak daya saing industri di dalam negeri.
"Very high risk import diperkirakan hanya lima hingga sepuluh persen. Kecil dibandingkan dengan perolehan dari anggaran semuanya. Tetapi yang kecil ini kalau tidak benar-benar kita manage maka akan berdampak negatif kepada perekonomian Indonesia," ujar Gatot, di Kantor Pusat Dirjen Bea Cukai, Jakarta Timur melalui siaran persnya, Rabu (12/7/2017).
"Industri-industri kita akan hancur. Bahkan akan mati karena kalah bersaing dengan barang-barang impor ilegal dan juga bisa ada rekayasa," lanjut dia.
Solusinya, dengan meningkatkan pengawasan terhadap barang atau komoditas yang masuk ke Tanah Air.
Indonesia, lanjut Gatot, juga dapat bekerja sama dengan sejumlah negara tempat transit barang atau komoditas yang akan masuk ke Indonesia.
Dengan demikian, impor ilegal dapat ditekan seminimal mungkin.
"Setiap barang yang akan masuk ke Indonesia biasanya singgah dulu di Singapura, Hongkong, Guangzhou, Shenzen dan sebagainya. Kita bisa berkoordinasi untuk melakukan pengecekan dan pengawasan dari sana untuk mengantisipasi praktik impor berisiko tinggi," ujar Gatot.
Saat ini, sejumlah instansi pemerintah telah bekerja sama dalam rangka meningkatkan pengawasan barang yang masuk ke Tanah Air melalui penegakan aturan bea masuk dan pajak.
TNI, lanjut Gatot, pasti akan mendukung pengawasan yang dikomandoi Direktorat Jenderal Bea Cukai tersebut melalui satuan-satuan yang ada di tubuh TNI.
"Untuk mendukung keberhasilan ini bukan hanya kapal laut ya, tapi juga melibatkan intelijen dan POM TNI untuk benar-benar mengawasi pelaksanaannya," ujar Gatot.