Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai-ramai Tolak Hak Angket terhadap KPK...

Kompas.com - 15/07/2017, 12:29 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam sepekan terakhir, suasana di Gedung merah putih KPK selalu lebih ramai dari biasanya. Masyarakat dari berbagai elemen berlomba memberikan dukungan terhadap KPK.

Tak hanya melalui audiensi kepada pimpinan dan pegawai KPK, sebagian dari masyarakat sipil menunjukkan kepeduliannya lewat aksi.

"Maling-maling kecil dihakimi, maling-maling besar dilindungi", begitu salah satu lirik lagu yang dibawakan band punk Marjinal di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (14/7/2017) malam.

Marjinal menjadi salah satu bagian masyarakat sipil yang menyuarakan harapan agar Indonesia bebas dari korupsi. Bersama para aktivis antikorupsi, tokoh agama dan anggota dari beragam komunitas, Marjinal menyerukan penolakan hak angket DPR yang digulirkan terhadap KPK.

"Tolak hak angket," ujar Mike, vokalis Marjinal.

Para personel grup band Slank bertemu dengan pimpinan KPK di Gedung KPK, Kamis (13/7/2017).

Slank hadir di KPK dalam rangka menggelar mini konser bertema "Jurus Tandur, Maju Terus Pantang Mundur Menolak Hak Angket". Vokalis Slank, Kaka, menyatakan bahwa Slank tak ingin ada pihak yang mau melemahkan KPK.

"Sesuai temanya sore hari ini mini konser maju terus pantang mundur kita, Slank, 100 persen suport KPK maju terus pantang mudur, enggak boleh ada yang melemahkan," ujar Kaka.

(Baca juga: KPK Berharap Presiden Sampaikan Sikap Tolak Hak Angket)

Sementara itu, Bimbim mengatakan, lembaga KPK merupakan suatu harapan dan mimpi bagi bangsa ini. Jika harapan dan mimpi itu dihilangkan, bisa berdampak pada bangsa.

"Kami anggap 'KPK hope' (dan) mimpi (dari) suatu kumpulan, suatu kelompok, suatu bangsa. Kalau mimpinya dihilangkan, bisa bubar. Jadi hari ini datang supaya meyakinkan diri dan teman-teman di KPK harapan ini jangan hilang," ujar Bimbim.

Jihad lawan korupsi

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menemui pimpinan KPK di Gedung KPK, Selasa (11/7/2017). Said Aqil menyatakan bahwa eksistensi KPK masih tetap dibutuhkan.

Said Aqil mengatakan, kedatangan dia dan sejumlah pengurus PBNU untuk memberikan dukungan moral pada KPK yang akhir-akhir ini dalam posisi yang terdesak. Menurut Said Aqil, PBNU dan KPK telah bersepakat untuk berjihad melawan korupsi.

"KPK sedang banyak dikelitikin, banyak dianggap tidak perlu atau kurang berfungsi," kata Said Aqil.

Putri mantan Presiden RI Abdurrachman Wahid, Yenny Wahid, ikut mendampingi Said Aqil Siradj saat menemui pimpinan KPK. Yenny mengatakan, kedatangannya tersebut untuk memberikan dukungan kepada KPK yang sedang mendapat upaya pelemahan.

Menurut Yenny, dukungan kepada KPK merupakan bagian dari upaya mewujudkan cita-cita bersama agar Indonesia bebas dari korupsi.

 

Ketua KPK Agus Rahardjo dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj beserta pengurus PBNU di Gedung KPK Jakarta, Selasa (11/7/2017).KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Ketua KPK Agus Rahardjo dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj beserta pengurus PBNU di Gedung KPK Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Aksi Mahasiswa Ikatan Keluarga Mahasiswa Univeristas Indonesia dan Ikatan Alumni (Iluni) UI menemui pimpinan KPK, Jumat. Mereka menyatakan penolakan terhadap Hak Angket yang digulirkan DPR.

"Kami melihat bahwa pemberantasan korupsi sedang diuji. Ujian itu datang dari Wakil Rakyat kita melalui hak angketnya," ujar Ketua BEM UI Syaeful Munjab di Gedung KPK.

Ada empat poin yang disampaikan Ikatan Mahasiswa UI. Pertama, mahasiswa UI menolak dengan tegas upaya pelemahan korupsi di Indonesia. Kedua, Ikatan Mahasiswa menuntut DPR untuk membubarkan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket terhadap KPK.

Ketiga, menuntut DPR menarik pengajuan hak angket. Keempat, menyatakan bahwa Ikatan Mahasiswa UI akan bersikap objektif tentang pemberantasan korupsi di Indonesia. 

Poetry for Integrity

Dukungan untuk KPK pada pekan ini ditutup dengan aksi masyarakat sipil dan aktivis yang menggelar pertunjukan seni dan doa bersama di depan Gedung KPK, Jumat malam. Aksi yang diberi nama "Poetry for Integrity" ini sekaligus menyatakan penolakan terhadap hak angket yang digulirkan DPR terhadap KPK.

Pertunjukan seni dimulai dengan penampilan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang. Penampilan Saut cukup menarik antusias para penonton, terutama saat lagu berjudul "Home" milik penyanyi Michael Buble dimainkan menggunakan saksofon.

"Di dalam musik itu ada doa. Doa kita bersama adalah Indonesia bersih dari korupsi," ujar Saut.

Sesuai tajuk acara, pertunjukan utama dalam aksi ini adalah pembacaan puisi. Secara bergiliran, puisi dibacakan oleh siswa sekolah. Beberapa tokoh yang dikenal sebagai aktivis antikorupsi juga ikut membacakan puisi. Sebut saja, sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo dan mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.

Selain itu, ada juga penampilan dari, Yenny Wahid. Di halaman depan Gedung KPK, komunitas seni rupa memamerkan lukisan yang bertema antikorupsi. Beberapa juga membuat mural yang menyindir pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket.

Di tengah acara, masyarakat sipil dan aktivis dari berbagai lembaga menggelar doa bersama sambil menyalakan lilin. Doa dipimpin secara bergantian oleh tokoh agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik dan Konghucu. Salah

satu tokoh agama yang hadir dan memimpin doa adalah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdul Moqsith Ghazali.

"Segala upaya dan tindakan untuk membatasi KPK di dalam menegakan hukum itu harus dilawan. Salah satunya hak angket DPR," ujar Abdul Moqsith.

Menurut Abdul, upaya menghalangi KPK disamakan dengan merusak cita-cita untuk membersihkan Indonesia dari korupsi. Menurut Abdul, proses hukum yang sedang berjalan tidak dapat diintervensi oleh siapa pun.

"Saya kira teman-teman di DPR yang jumlahnya 500an lebih itu harus berpikir lebih objektif untuk kepentingan bangsa dan negara. Bukan dalam konteks melindungi sebagian oknum yang diduga terlibat korupsi e-KTP dan yang lainnya," kata Abdul.

 

 

Kompas TV Pernyataan Pansus Angket dan MA Soal Safari Konstitusi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Nasional
Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Nasional
Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Nasional
Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Nasional
Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com