Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra Harap "Presidential Threshold" Tak Diputuskan secara Voting

Kompas.com - 06/07/2017, 16:48 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani berharap pengambilan keputusan akhir dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu tidak diselesaikan dengan voting.

Karena itu, ia berharap semua partai tidak lagi bersikeras dengan usulan masing-masing, namun mulai memikirkan opsi jalan tengah, khususnya dalam memutuskan isu presidential threshold (PT).

"Kalau itu ada kesepakatan kami bicarakan. Tetap kami ingin sebagai sebuah kesepakatan DPR supaya kami hindari voting meskipun voting bukan sesuatu yang tabu," ujar Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/7/2017).

Ia menambahkan, meskipun keberadaan ambang batas pilpres dalam pemilu serentak bisa jadi memang memiliki ganjalan dalam penafsiran konstitusi. Namun, jika masing-masing partai bersikeras dengan opsinya masing-masing, dikhawatirkan oembahasan RUU Pemilu tak kunjung selesai.

Awalnya Partai Demokrat bersikeras dengan opsi penghapusan presidential threshold alias 0 persen.

Namun, belakangan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto menyatakan pihaknya bisa fleksibel menghadapi kebuntuan opsi tersebut.

(Baca: Partai yang Ngotot "Presidential Threshold" 0 Persen Disebut Berkurang)

Sementara itu beberapa partai seperti PKS, PAN, PPP, PKB, Hanura, dan Gerindra mengusung opsi jalan tengah yakni 10 persen-15 persen. Sedangkan PDI-P, Golkar, dan Nasdem menginginkan agar PT sebesar 20-25 persen.

"Kami sudah bicara dengan semua fraksi semua, kami sudah bicara menghindari voting agar suara DPR satu dan di titik berapa kami bicara," ujar Ketua Fraksi Gerindra itu.

(Baca juga: Fadli Zon Sebut Jokowi Intervensi Parpol soal "Presidential Threshold")

Kompas TV Lantas seperti apa hasil dari rapat pembahasan RUU pemilu yang digelar?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com