Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Investasi Bukan Ancaman bagi Bangsa Indonesia..."

Kompas.com - 23/05/2017, 09:47 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Dunia mulai mempercayai Indonesia sebagai negara ramah investasi. Presiden Joko Widodo pun tidak ingin jalan mulus investasi di dalam negeri itu bergeser dari isu peningkatan perekonomian ke isu politis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (22/5/2017), Presiden Jokowi telah menginstruksikan Panglima TNI, Kapolri, Kepala BIN dan seluruh Kepala Staf TNI untuk mencegah pergeseran isu tersebut.

"Sekarang ini muncul persepsi Indonesia terdistraksi atau kita makin khawatir apabila aspek-aspek isu politik mendominasi pada penanganan investasi di dalam negeri," ujar Sri usai rapat.

"Presiden lalu menginstruksikan kepada Panglima TNI, Kapolri, Kepala BIN, dan seluruh jajaran dari Kepala Staf TNI untuk ikut serta menjelaskan secara sederhana mengenai kenapa pemerintah melakukan berbagai macam kegiatan investasi," lanjut dia.

Mereka diminta menjelaskan bahwa apa yang dilakukan para investor itu adalah untuk membangun Indonesia, bukan untuk mengancam Indonesia.

(Baca: Tak Mau Investasi Terganggu, Luhut Minta Jangan Ada yang Asal "Ngoceh")

Sri Mulyani menambahkan, hal yang harus disampaikan secara sederhana kepada masyarakat, yakni bagaimana investasi, baik dari swasta dalam negeri atau negara lain dapat membuka kesempatan kerja dan membuat Indonesia tidak lagi tertinggal di bidang infrastruktur dibandingkan negara yang selevel.

"Jadi, kami akan mengimbangi kemajuan di bidang ekonomi dan sosial dengan penanganan politik serta hukumnya. Dengan demikian, kita berharap investasi dan pertumbuhan ekonomi dirasa bukan ancaman bagi bangsa Indonesia, tapi kesempatan seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dan kita juga menjadi akuntabel," ujar Sri.

Pemerintah juga terus berkomitmen mengedepankan asas transparansi dalam hal investasi, khususnya investasi asing yang masuk ke Indonesia.

Bahkan, pemerintah siap menjelaskan ke masyarakat secara detail efek investasi bagi rakyat.

"Setiap investasi akan kami jelaskan, dananya dari mana? Bentuknya dalam ekuitas, di neraca yang mana? BUMN atau neraca pemerintah? Dan bagaimana progres ini harus diikuti secara detail agar kita bisa menjelaskan kepada masyarakat, berapa rupiah, dollar, yen, yang masuk ke RI akan menjadi apa," ujar Sri.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan, kehadiran Presiden di sejumlah konferensi tingkat tinggi, pertemuan dengan pengusaha hingga kunjungan kenegaraan ke belahan dunia tersebut adalah murni demi mengupayakan ekonomi nasional tumbuh lebih baik lagi.

"Memang, Presiden semata-mata ingin ekonomi tumbuh menjadi baik dan apa yang sudah dilakukan oleh Bu Sri Mulyani ini momentumnya akan bisa terjadi," ujar Pramono.

Misalnya saat melawat ke Beijing, China pada 14 Maret 2017. Hanya satu hari di sana, Presiden Jokowi menghadiri 'One Belt One Road Forum', sebuah jalur sutera modern yang digagas pemerintah China.

Selain itu, Presiden Jokowi bertandang ke Arab Saudi pada 21 Mei 2017 kemarin. Presiden menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Arab Islamic Amerika di Riyadh.

Kata Panglima TNI

Merespons instruksi itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku akan mencari cara bagaimana masyarakat mendapat pengertian yang baik bahwa investasi itu bukanlah ancaman.

"Ya nanti kami cari caranya. Tapi yang jelas, investasi itu bukan utang. Bukan utang," ujar Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Senin.

Khusus soal investasi asing, Gatot menegaskan bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar.

Dari sisi ekonomi, investasi asing dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, dengan pola investasi yang dilaksanakan pemerintah Jokowi-JK saat ini, pembiayaan juga tak dibebankan sepenuhnya kepada negara.

(Baca: Dapat Tugas Jelaskan Investasi Asing Bukan Ancaman, Ini Kata Panglima TNI)

"Ya namanya orang mau berbisnis di sini, bermanfaat untuk negara, kok mengancam? Itu bagaimana? Yang (merasa terancam) itu yang merasa disaingi. Gitu kan?" ujar Gatot.

"Lagipula orang berlomba-lomba untuk (berinvestasi) di Indonesia. Negara A datang, negara B datang, ya biasa itu," lanjut dia.

Gatot juga mengatakan, investasi pasti berimbas positif bagi masyarakat. Proyek hasil investasi itu bisa dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, pasti ada lapangan kerja terbuka dari investasi itu.

"Oleh sebab itu, yang penting begini, apabila ada investasi, masyarakat harus tahu dulu apa nilai tambahnya bagi masyarakat dan daerah setempat. Pasti ada," ujar Gatot.

"Contohnya nikel. Mau dibuat pabrik. Apa saja turunannya. Sawit yang tadinya keluar CPO, lalu ada sabun dan segala macam. Itu kan pasti menguntungkan bagi rakyat. Ya tenaga kerja (terserap) minimal," lanjut dia.

Kompas TV Selain WTP, Pemerintah Raih Predikat Layak Investasi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com