Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Dokter, Wartawan, dan Transformasi Politik Indonesia

Kompas.com - 20/05/2017, 16:37 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
– Pada suatu masa di tanah Indonesia, sekolah dokter tak cuma menghasilkan juru penyembuh orang sakit.

Ada sekian banyak "produk" sekolah dokter pada suatu masa itu adalah orator ulung, penulis dan wartawan andal, serta pemimpin kharismatik yang meletakkan fondasi bagi keberadaan Indonesia sekarang.

Inilah cerita tentang Sekolah Dokter Jawa, yang lalu berubah nama menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) ketika muridnya tak lagi hanya berasal dari kalangan priyayi Jawa.

Ini juga cerita soal Geneeskundige Hoge School (GHS) alias Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia, nama lama dari Jakarta.

Jejak kedua sekolah itu tak cuma pengabadian nama Tjipto Mangunkusumo menjadi label rumah sakit umum pusat milik pemerintah di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.

Ada banyak nama murid sekolah itu yang punya kiprah sama besarnya dengan Tjipto, baik yang lulus maupun drop out.

Sengatan gerakan kebangkitan bangsa yang berpusar dari kedua sekolah itu juga sampai pada sosok seperti Douwes Dekker. Dia bukan jebolan STOVIA atau GHS, melainkan tinggal di kawasan yang sama dengan sekolah dokter itu.

Sosok yang lekat dengan pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantoro, juga pernah mencicipi sekolah dokter ini, meski tak sampai lulus. Penulis roman Salah Asuhan, Abdul Moeis, pernah pula mencecap rasanya jadi eleve—murid—STOVIA.

Bahkan, Abdul Rivai yang dianggap sebagai Bapak Jurnalistik Indonesia, punya titel Indisch Arts, gelar dokter lulusan STOVIA.

Sosok inilah yang mendirikan majalah Bintang Hindia selama belajar di Belanda untuk mendapatkan gelar Euopees Arts, yang terbit pada 1902-1906. Rivai juga sempat berkelana di sejumlah negara di Eropa pada pengujung 1920-an.

Selama masa pengelanaan tersebut, Rivai rajin memantau dan mencatat kiprah anak-anak muda Indonesia yang sedang belajar di luar negeri, seperti Mohammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamontjak, Abdul Madjid, dan Arnold Monoutu.

Catatan Rivai rutin dikirimkan untuk diterbitkan di koran Tjahaja Timoer. Kumpulan tulisan tersebut kemudian menjadi bahan buku Student Indonesia di Eropa, diterbitkan oleh Kelompok Penerbit Gramedia pada 2000.

Dari wartawan sampai jago diplomasi dan keuangan

Cerita ringkas tentang sosok-sosok itu renyah mengalir lewat tulisan Rosihan Anwar di jilid ketiga buku Sejarah Kecil Indonesia.

Presiden dan Ny Tien Soeharto beserta Gubernur DKI Jakarta dan Ny Nani Sadikin (di tengah-tengah barisan tengah) berfoto bersama150 orang eks siswa Stovia dan Rechts School, di Istana Merdeka, Rabu, 23 Mei 1973.

Kompas/Pat HendrantoKOMPAS/Pat Hendranto Presiden dan Ny Tien Soeharto beserta Gubernur DKI Jakarta dan Ny Nani Sadikin (di tengah-tengah barisan tengah) berfoto bersama150 orang eks siswa Stovia dan Rechts School, di Istana Merdeka, Rabu, 23 Mei 1973. Kompas/Pat Hendranto
Pada bab pertama buku itu, ada banyak sederet nama anak-anak sekolah dokter yang malah belakangan lebih karib dengan pena, media massa, dan pergerakan, daripada jarum suntik.

Sekolah Dokter Jawa berdiri pada 1851, sebagai bagian dari politik etis Belanda di tanah jajahannya pada waktu itu, berdasarkan keputusan Gubernemen Hindia Belanda Nomor 2 yang terbit pada 2 Januari 1849.

Lulusan pertama sekolah ini dihasilkan pada 1856. Gelar lulusan pertama ini disebut "Dokter Jawa".

Pada tahun yang sama, pintu bagi murid dari luar Jawa dibuka. Mayoritas anak-anak muda dari Minangkau ada pada deretan pertama murid sekolah dokter di Batavia yang bukan orang Jawa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com