Dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Wirawan mengatakan, saat pertemuan itu Chairuman sempat membandingkan harga dua produk yang memiliki sistem perangkat lunak Automated Finger Print Identification System (AFIS).
(Baca: Chairuman Harahap Disebut Pernah Bahas Harga "Software" dengan Tim Konsorsium E-KTP)
Saat itu, Chairuman mengatakan bahwa harga Cogent Biometrics lebih mahal dari harga yang ditawarkan merk L-1 Identity Solutions. Produk L-1 ditawarkan oleh Johanes Marlim dari PT Biomorf.
Johanes yang menjadi anggota konsorsium beberapa kali memberikan uang kepada tim teknis yang dibentuk Kemendagri.
3. Konsorsium E-KTP Pilih "Software" yang Tak Lolos Uji Kompetensi
Konsorsium pelaksana proyek pengadaan e-KTP lebih memilih sistem perangkat lunak (software) yang tidak lolos dalam uji kompetensi.
Perangkat lunak yang tidak dapat terintegrasi tersebut tetap digunakan untuk mencetak target 170 juta keping e-KTP.
Menurut Wirawan, sekitar Juni 2010, sebelum dilakukan pelelangan, dilakukan pengujian perangkat dan output atau proof of concept (POC).
(Baca: Saksi Sebut Konsorsium E-KTP Pilih "Software" yang Tak Lolos Uji Kompetensi)
Kemudian, dilakukan pengujian kartu chip dan pengujian Automated Finger Print Identification System (AFIS) dengan melakukan uji perekaman.
Sedianya, dalam POC akan diuji coba dua produk yang memiliki sistem perangkat lunak AFIS. Masing-masing yakni, merk Cogent Biometrics dan merk L-1 Identity Solutions.
Setelah diuji, merk Cogent berhasil terintegrasi. Sementara merk L-1 batal mengikuti uji coba.
Namun, pada akhirnya konsorsium justru memilih menggunakan produk L-1. Dalam uji coba yang diadakan panitia lelang e-KTP, produk L-1 terbukti tidak mampu mengintegrasikan perangkat pencetakan e-KTP.
4. Keponakan Setya Novanto Mengaku Pernah Jadi Konsorsium E-KTP
Mantan Direktur Utama PT Murakabi Sejahtera, Irvanto Hendra Pambudi, mengaku pernah bergabung dengan konsorsium pelaksana proyek pengadaan e-KTP.