Patmi dikenal sebagai salah satu petani perempuan asal Pati yang tegas menolak keberadaan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng yang dinilai akan merusak sumber mata air para petani.
Sri Wiyani, rekan Patmi asal warga Kayen, Kabupaten Pati, menuturkan bahwa Patmi sosok yang gigih dalam memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng sejak mendengar rencananya berdirinya pabrik semen di Rembang dan Pati.
"Sejak mendengar rencana pembangunan pabrik semen, dengan spontan Patmi ikut gerakan penolakan," ujar Sri saat ditemui di kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).
Pada November 2015, Patmi menjadi salah satu warga dari sejumlah desa yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).
(Baca: Gubernur Ganjar Ikut Belasungkawa atas Meninggalnya Petani Kendeng)
Mereka menggelar aksi berjalan kaki sejauh 122 kilometer dari Sukolilo, Kabupaten Pati menuju Kota Semarang, Jawa Tengah.
Aksi berjalan kaki yang ditempuh selama dua hari itu dimaknai sebagai wujud perjuangan mencari keadilan saat menghadiri sidang putusan dalam gugatan atas izin pertambangan PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement.
Di tahun yang sama, mereka juga pernah melakukan aksi membunyikan lesung sebagai tanda "bahaya" di depan istana. Tujuan mereka adalah agar bisa berdialog dengan Presiden.
"Kami pernah bersama-sama saat aksi jalan kaki dari Pati dan Rembang ke Semarang," ucapnya sambil mengusap air mata.
"Dia orang yang gigih. Kemarin sempat tidak mau pulang, karena ingin tetap berjuang," kata Sri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.