JAKARTA, KOMPAS.com - Kabar wafatnya Patmi (48 tahun) mengundang reaksi solidaritas dari berbagai pihak terhadap perjuangan para petani dalam menjaga kelestarian kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.
Patmi merupakan salah seorang petani perempuan asal Pati yang melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara Dia mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat pada Selasa (21/3/2017) dini hari.
Sejumlah perwakilan lembaga swadaya masyarakat hadir sebagai bentuk solidaritas dalam konferensi pers yang digelar oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), pendamping hukum para petani Kendeng, di kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017) pukul 14.00 WIB.
(Baca: Patmi Tidak Mau Pulang karena Ingin Tetap Berjuang untuk Kendeng...)
Kepala Divisi Hukum Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan (Kontras) Haris Azhar dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika turut memberikan pernyataan dalam konferensi pers tersebut.
Selain itu, hadir pula beberapa aktivis perempuan, relawan dari komunitas subkultur Punk dan organisasi mahasiswa seperti Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).
Wafatnya Patmi juga mengundang reaksi di media sosial. Berita duka yang diunggah oleh seorang netizen bernama Isni Handono di akun facebooknya, mendapat puluhan reaksi dan dikomentari oleh belasan orang.
Tidak sedikit juga netizen yang membagikan kabar wafatnya Patmi melalui akun media sosialnya.
"Turut beduka cita sedalam-dalamnya dan tunduk hormat kami pada Bu Patmi yang gugur dalam perjuangan. Rest in Pride. #KendengBerduka," tulis akun Yayasan Kalyanamitra.
Sementara itu, beberapa orang pemilik akun media sosial Instagram juga mengunggah foto Patmi beserta ungkapan solidaritas, salah satunya musisi asal Bali I Made Ari Astina atau akrab disapa Jerinx.
(Baca: Seorang Petani Kendeng Wafat, Istana Minta Aksi Mengecor Kaki Dihentikan)
"Turut berduka atas berpulangnya salah satu Kartini pejuang Kendeng," tulis pemain drum dari grup band Superman Is Dead itu.
Untuk menghormati sosok Patmi, YLBHI pun menggelar acara doa bersama di kantor LBH Jakarta, Selasa (21/3/2017) pukul 19.00 WIB.
Patmi dikenal sebagai salah satu petani perempuan asal Pati yang tegas menolak keberadaan pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng yang dinilai akan merusak sumber mata air para petani.
Sri Wiyani, rekan Patmi asal warga Kayen, Kabupaten Pati, menuturkan bahwa Patmi sosok yang gigih dalam memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng sejak mendengar rencananya berdirinya pabrik semen di Rembang dan Pati.
"Sejak mendengar rencana pembangunan pabrik semen, dengan spontan Patmi ikut gerakan penolakan," ujar Sri saat ditemui di kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).
Pada November 2015, Patmi menjadi salah satu warga dari sejumlah desa yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).
(Baca: Gubernur Ganjar Ikut Belasungkawa atas Meninggalnya Petani Kendeng)
Mereka menggelar aksi berjalan kaki sejauh 122 kilometer dari Sukolilo, Kabupaten Pati menuju Kota Semarang, Jawa Tengah.
Aksi berjalan kaki yang ditempuh selama dua hari itu dimaknai sebagai wujud perjuangan mencari keadilan saat menghadiri sidang putusan dalam gugatan atas izin pertambangan PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement.
Di tahun yang sama, mereka juga pernah melakukan aksi membunyikan lesung sebagai tanda "bahaya" di depan istana. Tujuan mereka adalah agar bisa berdialog dengan Presiden.
"Kami pernah bersama-sama saat aksi jalan kaki dari Pati dan Rembang ke Semarang," ucapnya sambil mengusap air mata.
"Dia orang yang gigih. Kemarin sempat tidak mau pulang, karena ingin tetap berjuang," kata Sri.