Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Petani Kendeng Wafat, Ini Penjelasan Relawan dan Dokter

Kompas.com - 21/03/2017, 16:58 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Patmi (48 tahun), salah seorang petani perempuan asal kawasan Pegunungan Kendeng, yang melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara, meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari.

Patmi mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.

Salah satu pendamping petani Kendeng dari Yayasan Desantara, Mohammad Sobirin menuturkan, Patmi tidak diketahui memiliki riwayat mengidap penyakit jantung.

Sejak awal melakukan aksi pada Kamis (16/3/2017) hingga Senin (20/3/2017), Patmi berada dalam kondisi sehat dan tidak mengeluh sakit.

(baca: Kronologi Wafatnya Patmi, Petani Kendeng Usai Aksi Dipasung Semen)

Selain itu, kata Sobirin, Patmi mengikuti beberapa aksi berjalan kaki dalam aksi penolakan pabrik semen.

"Bu Patmi tidak diketahui memiliki riwayat penyakit jantung. Saat datang ke Jakarta untuk aksi cor kaki, beliau dalam keadaan sehat dan beberapa kali ikut aksi longmarch sejauh kira-kira 120 kilometer, dari Rembang ke Semarang dan dari Pati ke Semarang," ujar Sobirin saat ditemui di kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).

Sobirin menuturkan, dokter pendamping para petani Kendeng, dr. Alexandra Herlina, tidak menyatakan Patmi sebagai salah satu peserta aksi yang berpotensi mengalami gangguan kesehatan saat melakukan pemeriksaan pada Senin (20/3/2017).

(baca: Seorang Petani Kendeng Wafat, Istana Minta Aksi Mengecor Kaki Dihentikan)

Saat itu, Herlina menyatakan, ada tiga petani yang kondisi kesehatannya memburuk sehingga cor semen yang ada di kaki harus dibuka.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Patmi berkerudung biru (48 tahun) salah seorang petani perempuan asal kawasan Pegunungan Kendeng yang melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara, Jakarta, meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari. Patmi mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.
"Saya tidak menyangka karena Bu Patmi tidak termasuk dalam tiga orang petani yang dinyatakan mengalami gangguan kesehatan. Kemarin malam pun Bu Patmi tidak mengeluh sakit dan masih bisa ngobrol dengan yang lain," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Pendamping hukum petani Kendeng dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur mengatakan, setelah aksi mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara pada Senin (20/3/2017), sebagian besar petani memutuskan untuk membongkar belenggu semen di kaki mereka.

Sementara sembilan petani tetap meneruskan aksi secara bergantian di depan Istana Negara.

"Sebagian besar warga akan pulang ke kampung halaman, sementara aksi akan terus dilakukan oleh sembilan orang. Bu Patmi adalah salah satu yang akan pulang sehingga cor kakinya dibuka semalam dan persiapan untuk pulang di pagi hari," ujar Isnur.

Namun, sekitar pukul 02.30 WIB, Patmi mengeluh badannya tidak nyaman, lalu mengalami kejang-kejang dan muntah setelah mandi.

Dokter yang mendampingi dan bertugas di LBH Jakarta membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba.

"Menjelang sampai di rumah sakit, dokter mendapatkan Bu Patmi meninggal dunia. Pihak RS St. Carolus menyatakan bahwa Bu Patmi mengalami sudden death (meninggal mendadak) sekitar Pukul 02.55 dengan dugaan serangan jantung," kata Isnur.

Saat ini, jenazah Patmi sudah dibawa pulang ke kampung halamannya dan akan dimakamkan di desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.

Secara terpisah, dokter pendamping petani Kendeng, Alexandra Herlina membenarkan bahwa usai diperiksa Patmi dalam kondisi sehat.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Patmi berkerudung biru (48 tahun) salah seorang petani perempuan asal kawasan Pegunungan Kendeng yang melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara, Jakarta, meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari. Patmi mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.
Dia menegaskan bahwa Patmi tidak masuk ke dalam tiga peserta aksi yang mengalami gangguan kesehatan.

Menurut Herlina, sejak aksi pada Senin (13/3/2017) hingga Senin (20/3/2017), dia selalu memantau kondisi kesehatan para petani, termasuk Patmi.

"Riwayat medis memang tidak diketahui. Selama saya mendampingi, Bu Patmi dalam keadaan sehat. Dari hari Kamis hingga meninggal enggak ada keluhan. Bahkan tiap hari memantau pun enggak ada masalah. Kesimpulan meninggalnya sudden death," ujar Herlina saat dihubungi, Selasa.

Herlina menjelaskan, peristiwa kematian mendadak yang dialami oleh seseorang umumnya disebabkan oleh serangan jantung.

Meski demikian, kata Herlina, setiap orang memiliki risiko kematian mendadak tanpa harus memiliki riwayat penyakit atau gangguan jantung.

"Sudden death mayoritas memang serangan jantung. Orang yang sehat tidak bebas dari risiko sudden death, bisa dialami siapa saja," ungkapnya.

"Pada saat kita memutuskan pulang Bu Patmi belum tidur, masih sehat, masih bercengkrama. Lalu pada saat buka cor pun enggak ada masalah," kata Herlina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com