Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutu Lembaga Legislatif

Kompas.com - 14/03/2017, 18:18 WIB

Anggota DPR adalah posisi kepemimpinan politik yang amat penting bagi bangsa dan negara karena berwenang menyusun UU, mengawasi pemerintahan, menyusun anggaran, dan menyeleksi melalui fit and proper test untuk pengisian jabatan kenegaraan: gubernur BI, duta besar, hakim agung, pimpinan BPK, MA, MK, Panglima TNI, dan Kapolri, pengisian pejabat komisioner KPK, KPU, dan BPJS. Sebagai salah satu pilar kekuasaan negara, kita tak bisa membiarkan kinerja DPR  menurun. Pileg 2019 harus menjadi alat membentuk DPR yang lebih berkualitas.  

Parpol berperan besar dalam menetapkan sistem pileg (UU Pemilu), dan tugas sangat penting dan mulia dari semua parpol adalah memilihkan bagi rakyat dan negara putra-putri terbaik untuk menjadi calon anggota DPR dan DPD sehingga rakyat dapat memilih yang terbaik di antara calon-calon yang baik agar yang terpilih adalah primus interpares, terbaik dari yang baik.

Mekanisme seleksi caleg di parpol sebaiknya transparan, melalui forum debat internal atau penugasan memformulasikan rekomendasi kebijakan partai atas satu isu politik tertentu. Melalui model kegiatan seperti itu akan didapat kader-kader kompeten untuk anggota DPR, peka terhadap masalah sosial, politik, ekonomi, hukum, berkemampuan komunikasi yang baik, berbekal kemampuan konseptual, pengetahuan mendalam mengenai sejarah nasional, sistem dan budaya politik, luas wawasannya mengenai dinamika dunia masa kini, punya potensi jadi intelektual publik, visioner dan memiliki rasionalitas politik.

Perubahan sistem pileg 

Untuk menghadirkan DPR yang lebih berkualitas, hasil Pileg 2019 diperlukan rakyat yang sadar untuk memilih wakilnya di lembaga legislatif  yang berintegritas, kapabel, dan bermoral, serta penyempurnaan UU Pemilu yang kondusif. Kini waktu yang tepat  karena parpol tengah memulai penjaringan untuk menyusun nominasi daftar caleg.

Jika tak dilakukan perubahan sistem pileg, orang-orang baik dan mampu  yang tak populer dan tak ber-uang akan sulit  jadi anggota DPR. Sangat berbahaya kalau dalam Pileg 2019 terjadi apa yang dalam ungkapan Jawa: "Sing iso ora gelem, sing gelem ora dadi, sing dadi sing ora iso" (Yang mampu tak mau, yang mau tak jadi, yang jadi yang tak mampu).

Untuk Pileg 2019 perlu dikaji sistem campuran, distrik dan proporsional terbuka dan tertutup. Yang terpilih yang memperoleh suara terbanyak, dengan catatan meraih lebih dari 30 persen suara untuk satu kursi. Jika kurang dari 30 persen, dipilih berdasarkan nomor urut. Hal ini akan memberi jalan bagi parpol memperkuat tim di parlemen dengan menempatkan kader bervisi dan berpengalaman dalam pembuatan kebijakan. Harus dijaga agar ekses dari sistem daftar tertutup yang menyuburkan nepotisme dan budaya patron-klien, karena biasanya nomor "jadi" diisi yang dekat dengan ketua umum partai, tidak terulang.

Negara kita yang wilayahnya luas dan penduduknya banyak ini hidup dalam dunia dengan dinamika yang semakin tinggi, diwarnai perubahan-perubahan cepat, dengan kompleksitas permasalahan yang rumit,  disertai tarikan-tarikan kepentingan internasional yang begitu hebat. Sangat tak bisa diterima jika kualitas parlemennya mengkhawatirkan, apalagi karena sesungguhnya sangat banyak orang yang berkualitas dan mampu menjadi wakil rakyat dan dapat membawa DPR menjadi parlemen yang membanggakan.

Peranan parpol di negara demokrasi sangat penting dan strategis, sangat menentukan dalam  menghadirkan DPR dan DPRD berkualitas karena perannya amat  besar dalam mewarnai sistem pemilu, perekrutan caleg, dan dalam mengartikulasikan aspirasi rakyat. Karena itu, selayaknyalah dipimpin oleh tokoh-tokoh yang tulus mengabdi bagi bangsa, negara, dan rakyat.

Kita berharap pemerintah dan DPR dapat memformulasikan sistem pemilu yang memperbaiki kelemahan sistem proporsional terbuka. Sistem pemilu  merupakan alat strategis untuk menciptakan DPR RI 2019-2024 sebagai lembaga tepercaya karena diisi wakil rakyat yang lebih berkualitas, representatif (mewakili semua unsur masyarakat), dan bergerak sinergis memajukan Indonesia di segala bidang. Semoga.

Siswono Yudo Husodo,
Ketua Yayasan Pembina Pendidikan Universitas Pancasila
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Mutu Lembaga Legislatif".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Respons Istana Soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P: Presiden Selalu Menghormati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

GASPOL! Hari Ini: Prabowo Ajak PKS atau PDI-P ke Dalam Koalisi?

Nasional
Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Ngabalin: Revisi UU Kementerian Negara untuk Kebutuhan Masyarakat, Paten Itu Barang...

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Golkar: Baleg Mewakili Partai-partai

Nasional
Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Soal RUU Penyiaran, KIP: UU Pers Bilang Wartawan Tak Boleh Dihalangi

Nasional
Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Temui Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Prabowo Kenang Masa Jadi Kadet

Nasional
Jemaah Haji Bersiap Menuju Makkah, Ketua PPIH Arab Saudi Pastikan Hak Jemaah Terpenuhi

Jemaah Haji Bersiap Menuju Makkah, Ketua PPIH Arab Saudi Pastikan Hak Jemaah Terpenuhi

Nasional
Soal RUU Penyiaran, Setara Institute: DPR dan Pemerintah Harus Perluas Partisipasi Publik

Soal RUU Penyiaran, Setara Institute: DPR dan Pemerintah Harus Perluas Partisipasi Publik

Nasional
PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com