AMBON, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengungkapkan bahwa sebanyak 16,4 juta anak di seluruh Indonesia menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Insya Allah, nantinya KIP akan bertambah menjadi 17,9 juta di seluruh Indonesia," kata Menko Puan, dalam laporan pada acara Penyerahan KIP kepada 1.265 siswa/siswi Kota Ambon, yang berlangsung, di SMP Negeri 2 Ambon, Rabu (8/2/2017).
Penyerahan KIP Kota Ambon dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, yang didampingi Ibu Iriani, bersama para menterii, anggota DPR RI, dan Gubernur Maluku Said Assagaff.
Puan mengungkapkan, KIP anak SD akan memperoleh uang sebesar Rp 450.000, SMP Rp 750.000, SMA/SMK Rp 1.000.000, setiap tahun.
"Untuk anak yatim piatu di seluruh Indonesia, akan diberikan 896.000 KIP," kata Puan.
Untuk saat ini, lanjutnya, KIP yang sudah terdistribusi kurang lebih 158.000 anak dan kekurangan 736.000 untuk anak yatim piatu dan anak panti asuhan akan menerima KIP yang diberikan oleh Presiden.
"Anak-anak sangat beruntung karena bisa bertemu secara langsung dengan Bapak Presiden," ujar Puan.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya merasa yakin uang yang disalurkan untuk anak SD, SMP, SMA/SMK di Kota Ambon, cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
"Saya yakin uang diterima oleh anak-anak melalui KIP cukup untuk membiayai keperluan sekolah mereka. Tetapi saya ingatkan bahwa uang bisa diambil di BRI dan BNI, kalau ada keperluan sekolah, jika belum ada keperluan jangan diambil," tutur Presiden.
Presiden juga mengingatkan, uang yang disalurkan melalui KIP, tidak digunakan untuk membeli pulsa, kalau ketahuan, kartunya dicabut.
"Uang itu tidak boleh membeli pulsa, kecuali membeli sepatu, buku tulis dan kebutuhan sekolah lainnya. KIP diberikan setiap tahun. Karena itu, anak-anak rajin belajar supaya pandai dan pintar," ujar Presiden.
(Baca: Jokowi: KIP untuk Sekolah, Jangan Sampai untuk Beli Pulsa)
Presiden juga memberikan motivasi kepada anak-anak, dengan menceritakan pengalaman saat masih duduk di bangku SD, SMP dan SMA.
"Kalau saya dulu, jika teman saya belajar sehari satu jam, maka saya belajar dua jam, kalau teman saya belajar dua jam, maka saya belajar empat jam dan kalau teman saya belajar empat jam, saya harus belajar delapan jam. Saya berharap belajar harus seperti itu, supaya pandai dan pintar," kata dia.
(Shariva Alaidrus/ant)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.