Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Jakarta Hadapi Ancaman Kesehatan akibat Krisis Air Bersih

Kompas.com - 05/02/2017, 20:23 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Solidaritas Perempuan Puspa Dewi mengatakan, praktik pengelolaan sumber daya air yang bertumpu pada eksploitasi dan komersialisasi sangat memberi dampak pada masyarakat terkait akses terhadap persediaan air bersih, khususnya kaum perempuan.

Menurut Puspa, penguasaan sumber daya air oleh pihak swasta menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis air. Karena itu hak warga negara atas air menjadi tidak terpenuhi.

"Jakarta menjadi salah satu wilayah yang masyarakatnya menghadapi masalah krisis air yang mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas," ujar Puspa dalam diskusi terkait RUU Sumber Daya Air di kantor Konsorsium Pembaruan Agraria, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (5/2/2017).

Puspa menuturkan, berdasarkan hasil pemantauan Solidaritas Perempuan pada akhir 2016 hingga awal 2017 di lima wilayah padat penduduk kota Jakarta, sebanyak 94 persen warga memanfaatkan air dengan kualitas yang buruk.

Sementara sebanyak 87 persen warga Jakarta mengalokasikan dana yang lebih banyak untuk mendapatkan persediaan air bersih.

Rata-rata dalam sebulan, kata Puspa, satu keluarga mengalokasikan Rp 100.000 untuk membeli air bersih.

Kondisi tersebut, lanjut Puspa, berdampak pada kehidupan kaum perempuan karena sulit untuk memastikan ketersediaan air bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain itu, sulitnya akses terhadap air bersih berpengaruh pada kesehatan reproduksi kaum perempuan. Setidaknya perempuan harus memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksinya, terutama pada saat menstruasi, kehamilan dan pasca-melahirkan.

"Krisis air berdampak pada kehidupan perempuan. Air di Jakarta sebagian besar tidak bisa dikonsumsi karena kualitasnya jelek, berwarna dan berbau. Hal itu tentu berakibat pada kesehatan reproduksi perempuan," ujar Puspa.

"Kalau mau air berkualitas baik, warga harus beli air yang sudah diolah oleh perusahaan swasta," tuturnya.

Oleh sebab itu, Puspa berharap pemerintah dan DPR mempertimbangkan pemenuhan hak masyarakat atas air dalam pembahasan RUU Sumber Daya Air.

Puspa menegaskan bahwa pemerintah dan DPR harus memiliki kesamaan pandangan bahwa pengelolaan air harus bertujuan pada kepentingan sosial masyarakat, bukan pada komersialisasi.

"Hal itu harus menjadi prioritas bagi DPR dan pemerintah. RUU Sumber Daya Air harus mengakomodasi hak asasi manusia, keadilan dan kepentingan rakyat, bukan semata kepentingan ekonomi global," ucapnya.

(Baca: "Masyarakat Masih Harus Bayar Mahal untuk Dapatkan Air Bersih")

Pada kesempatan yang sama, Koordinator nasional Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (Kruha) Muhammad Reza mengatakan, praktik pengelolaan sumber daya air saat ini masih mementingkan aspek ekonomi dan ekploitasi tanpa memperhatikan aspek sosial bagi masyarakat.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com