Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Auktor Intelektualis di Balik Penulis "Jokowi Undercover" Belum Ditemukan

Kompas.com - 09/01/2017, 15:01 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, hingga saat ini, penyidik belum menemukan auktor intelektualis di balik penyusunan buku Jokowi Undercover.

Penyidik meyakini adanya pihak lain yang membantu sang penulis, Bambang Tri Mulyono, untuk menumpahkan cerita dan mencari data dalam buku tersebut.

"Penyidikan dari yang berjalan tidak berhenti pada BTM. Kita masih cari lebih jauh apakah ada pihak yang bantu," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (9/1/2017).

"Hanya, kita belum bisa kasih kesimpulan ada auktor (intelektualis)," lanjut dia.

Penyidik mencari tahu sejauh mana pihak luar memengaruhi cara berpikir Bambang hingga merampungkan bukunya, termasuk pihak penyandang dana, karena buku ini dicetak secara independen. Sejauh ini diketahui ada 300 eksemplar yang dicetak dan dijual.

"Jadi, masih terus dilakukan upaya pendalaman lebih jauh untuk melihat keterkaitan orang lain di luar BTM. Harus ada alat bukti yang kuat," kata Boy.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meyakini ada dalang yang menggerakkan terbitnya buku Jokowi Undercover selain penulisnya. Pasalnya, Bambang hanya lulusan sekolah menengah atas.

(Baca: "Jokowi Undercover", Tantangan Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis?)

Ia sempat mengemban perguruan tinggi, tetapi tidak sempat melanjutkannya. Terlebih lagi, isi buku Bambang tidak didukung dengan data dan referensi apa pun. Oleh karena itu, Tito meyakini, ada yang membantu Bambang dalam menulis bukunya.

"Kami akan dalami siapa yang menggerakkan, siapa yang mengajari dia," ujar Tito di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (4/1/2017).

"Kita akan lihat siapa di belakang dia. Kita akan usut," kata Tito.

Bambang diyakini tak memiliki kemampuan melakukan penelitian dan riset karena tingkat pendidikannya yang rendah.

(Baca: Mengapa Polisi Menduga Ada Dalang di Balik Buku "Jokowi Undercover"?)

Selain itu, dalam buku itu terdapat fotometriks, berupa penjajaran foto seseorang dan orang lain serta penjelasan tentang keterikatannya. Padahal, kata Tito, ia tak memiliki kemampuan untuk menganalisis wajah.

Bambang dianggap menyebarkan kebencian dan diskriminasi terhadap etnis dan ras tertentu dengan buku yang dia tulis.

Salah satu hal yang Bambang tulis dalam bukunya adalah menyebut Jokowi telah memalsukan data saat mengajukan diri sebagai calon presiden 2014 lalu. Ia juga menyebut Desa Giriroto, Boyolali, merupakan basis Partai Komunis Indonesia (PKI) terkuat se-Indonesia, padahal PKI telah dibubarkan sejak 1966.

Bambang menuliskannya seolah-olah hal tersebut nyata tanpa memiliki dokumen pendukung. Padahal, tuduhan yang dimuat pada buku itu didasarkan atas sangkaan pribadi Bambang.

(Baca: Polisi Anggap Penulis Belum Terbuka soal Pemasaran "Jokowi Undercover")

Bambang dikenakan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Bambang juga dijerat Pasal 28 ayat 2 UU ITE karena menyebarkan informasi untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan terhadap individu atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Selain itu, Bambang dianggap melanggar Pasal 207 tentang penghinaan terhadap penguasa.

Kompas TV Kapolri: Serahkan Sisa Buku Jokowi Undercover ke Polisi, Jangan Sebarluaskan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com