Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Kisah 127 Payung di Depan Istana Merdeka

Kompas.com - 03/12/2016, 07:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Di benak saya, payung dan Istana Merdeka adalah Sumarsih, ibu dari Norma Iriawan alias Wawan. Wawan adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang tewas ditembak entah oleh siapa dalam peristiwa Semanggi I, 13 November 1998.

Karena ingatan yang lekat itu, saya lantas menghubungi Sumarsih untuk sekadar bertanya kabar, Jumat (2/12/2016) malam. Dari ujung telepon, Sumarsih yang jernih suaranya memberi kabar kondisinya yang baik. 

Saat tengah berbicara melalui telepon, Sumarsih tengah menunggu dokter di Rumah Sakit Graha Kedoya untuk suaminya, Arief Priyadi (66). Arief baru saja diangkat batu ginjalnya.

Di tengah pembicaraan telepon itu, dokter yang ditunggu datang. Sumarsih diberi tahu, suaminya bisa pulang, Jumat malam. Sumarsih bersyukur dan lega. 

Meskipun mendampingi suaminya di rumah sakit, Sumarsih tetap bisa mengikuti berita yang terjadi di sekitar Istana Merdeka melalui media sosial juga.

Keteguhan hati

Soal payung yang dipakai Presiden Jokowi, Sumarsih mengatakan ukurannya sama dengan payung yang biasa dipakainya bersama para korban yang rutin menggelar aksi "Kamisan" di depan Istana Merdeka.

Warnanya saja yang berbeda. Presiden Jokowi memakai payung biru. Sumarsih dan para korban yang menggelar aksi memakai payung hitam.

Soal pilihan warna payung dan juga pakaian yang dipakai, yaitu hitam, Sumarsih menyebut itu sebagai tanda. Hitam bukan tanda duka, tetapi tanda keteguhan.

Sejak awal, Sumarsih dan para korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menyadari perlunya keteguhan itu. Tanpa keteguhan, tidak mungkin aksi "Kamisan" dalam diam itu berlangsung sebanyak 470 kali.

"Kamisan" pertama digelar dalam diam pada 18 Januari 2007 dan terakhir dilakukan pada 1 Desember 2016. Lebih dari 10 tahun keteguhan hati itu dipelihara untuk nyalanya harapan penyelesaian masalah HAM masa lalu.

Tiga periode pemerintahan dilalui Sumarsih dan para korban yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK). JSKK adalah paguyuban korban/keluarga korban pelanggaran HAM.

Diterima Presiden SBY

Sekitar setahun menggelar aksi "Kamisan" di depan Istana Merdeka, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka pintu Istana. Didampingi Karlina Supeli dan Usman Hamid, enam perwakilan korban/keluarga korban bertemu Presiden SBY pada 26 Maret 2008.

Saat pertemuan, Sumarsih mencatat janji Presiden SBY. Untuk pelanggaran HAM masa lalu, hukum akan ditegakkan dan pengadilan HAM adhoc akan dibentuk sesuai undang-undang. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Projo: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com