Ada kelegaan setelah pertemuan itu meskipun keteguhan tidak luntur hanya karena janji. Terbukti, keteguhan itu yang menyelamatkan. Hingga kini, juga setelah Presiden SBY diganti, aksi "Kamisan" tetap dilakukan.
Semula, Sumarsih menaruh harapan dengan pergantian pemerintahan. Terlebih lagi, tersebut janji pemerintahan baru untuk penyelesaian masalah pelanggaran HAM masa lalu. Dua tahun lebih Presiden Jokowi berkuasa, janji itu tidak terlihat perwujudannya.
Untuk aksi "Kamisan" yang dengan teguh terus digelar, Sumarsih dan para korban telah tiga kali mengirimkan surat permintaan audiensi kepada Presiden Jokowi.
Sumarsih menyebut, pemerintah Presiden Jokowi memang tidak diam. Untuk tuntutan para korban ini, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut B Pandjaitan pernah menerima.
Terkait audiensi yang disampaikan sebanyak tiga kali, ada juga tanggapan untuk bertemu Sekretaris Negara. Namun, Sumarsih dan para korban menolak. Juga tawaran bertemu kembali dengan Menko Polhukam yang saat ini sudah berganti.
Sumarsih dan para korban pelanggaran HAM masa lalu hanya hendak bertemu Presiden Jokowi untuk menagih janji yang disampaikannya dalam Nawacita terkait pelanggaran HAM masa lalu.
Sumarsih mencatat, janji itu makin tahun makin dilupakan. Jika pada tahun 2014 dan 2015 janji itu masih disebut akan diwujudkan dalam pidato kenegaraan, tahun 2016 janji itu tidak lagi disebut.
Karena itu, pertemuan dengan Presiden Jokowi pertama-tama akan dipakai untuk kesempatan menanyakan komitmen akan janji ini.
Untuk upaya tak kenal lelah penuh keteguhan ini, Sumarsih dan para korban pelanggaran HAM masa lalu (Semanggi II, Semanggi I, Kerusuhan Mei 1998, Talangsari, dan Tanjung Priok) menatap deretan payung hitam yang mereka pakai sebagai simbol aksi.
Sumarsih dan para korban tidak ingat sudah berapa ratus payung hitam yang mereka pakai. Namun, saat ini masih ada 127 payung hitam. Saat payung tinggal 27 buah, ada sumbangan 100 payung hitam berukuran besar dari akitivis 1998.
Jika Presiden Jokowi memerlukan suntikan keteguhan mewujudkan janji menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu, Sumarsih dan para korban pasti bersedia meminjamkan payung hitam.
Soal kapan waktu yang tepat, Presiden Jokowi yang sibuk dengan "kerja, kerja, kerja" tinggal meluangkan.
Sumarsih dan para korban selalu ada di depan Istana Merdeka. Setiap Kamis petang mereka datang dengan keteguhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.