Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Radikalisme

Kompas.com - 24/11/2016, 08:52 WIB

Lantas, apakah pemerintah masih membiarkan propaganda penegakan khilafah yang menolak negara demokrasi NKRI yang mendasarkan diri pada Pancasila? Membiarkan mereka mensponsori ratusan pemuda-pemuda Indonesia untuk bergabung dengan NIIS ke Suriah? Dan, membiarkan mereka menyebut Indonesia sebagai negara thogut?

Dengan dukungan infrastruktur dan dana yang kuat, gerakan kelompok radikal lebih aktif mengampanyekan eksklusivitas, militansi, radikalisme, dan bahkan kekerasan di ruang publik. Tak heran jika agenda dua organisasi keagamaan arus utama, Muhammadiyah dengan Islam Berkemajuan dan NU dengan Islam Nusantara, tenggelam oleh euforia propaganda mereka. Disinyalir, pengaruh serta gagasan ideologi dan puritanisasi mereka semakin meluas, bahkan sangat dimungkinkan sudah terjadi penetrasi di lembaga-lembaga pemerintah.

Sekali lagi, jangan anggap sepele gerakan kelompok radikal berjubah agama. Sebab, agama bisa dijadikan pembentuk kekuatan dahsyat dalam membangkitkan identitas emosional massa dibandingkan identitas sosial lain. Agama bisa memicu konflik bereskalasi mengerikan dengan intensitas tinggi, yang bisa memecah belah persatuan bangsa.

Muhammadiyah dan NU

Semoga pemerintah tanggap dan cepat merespons ancaman ini. Untuk menangkal radikalisme, di samping program deradikalisasi formal, dua agenda organisasi arus utama—Islam Berkemajuan, Islam yang mampu beradaptasi, mengakomodasi serta menyesuaikan diri dengan dinamika zaman; dan Islam Nusantara, yang merujuk model dakwahnya Walisongo dan konsep pribumisasinya almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur)— bisa lebih digalakkan dan dipopulerkan. Bagaimanapun, tanpa Muhammadiyah dan NU, Indonesia bisa jatuh ke jurang kebiadaban dan kebengisan ekstrem, seperti terjadi di negeri-negeri Timur Tengah.

Terlepas dari itu semua, ada dua hal yang pantas direnungkan. Pertama, energi bangsa yang seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi ketertinggalan dari kemajuan bangsa-bangsa lain menjadi terkuras karena persoalan perumusan ulang yang menyempitkan arti identitas dan justru berujung pada sikap saling memusuhi. Kedua, ketika bangsa- bangsa lain telah mendayagunakan akal dan pikirannya untuk mengeliminasi perbedaan antar- umat—emansipasi, agar bisa berkolaborasi dalam memajukan peradaban, justru ada sekelompok orang di negeri ini yang menciptakan penyekat—membuat jarak perbedaan antarsesama secara tak beradab dengan mengatasnamakan agama.

Barangkali Ludwig Andreas von Feuerbach (1804-1872) benar. Katanya, jika dahulu agama memproyeksikan kelemahan manusia, tetapi sekarang agama justru memproyeksikan keserakahan manusia (The Essence of Religion, 1845).

ADJIE SURADJI, ALUMNUS FAKULTAS SAINS UNIVERSITAS KARACHI, PAKISTAN

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 November 2016, di halaman 7 dengan judul "Ancaman Radikalisme".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com