Beliau lalu dengan yakin memilih hidup di masa dewasanya sebagai seorang militer. Sama dengan kedua paman yang dikaguminya.
Pahlawan dan Teladan
Pengalaman saya yang masih sangat tipis dalam dunia politik, kemudian membawa saya pada satu kesimpulan: keteladanan adalah hal utama dalam jejak kehidupan seseorang.
Tokoh-tokoh seperti Bapak Subianto dan Bapak Suyono, pahlawan pertempuran Lengkong, Bapak AURI Marsekal Soeriadi Suryadarma, Panglima Besar Jenderal Soedirman, tokoh infanteri Jenderal Pranoto Reksosamodra, tokoh pemikir militer Jenderal AH Nasution, tokoh perempuan Ibu SK Trimurti adalah sedikit diantara ratusan insan Indonesia yang hidupnya penuh keteladanan yang bisa dan perlu dicontoh generasi selanjutnya.
Lewat keteladananlah sebuah etos kerja keras, jujur, bangga pada prestasi sendiri, ditularkan tanpa paksaan. Nilai-nilai luhur ini kemudian dengan sendirinya menjadi milik generasi muda bangsa.
Lewat keteladanan pula, nilai-nilai luhur Pancasila, karya adi luhung para Bapak Bangsa kita, dapat dibumikan dan dicontoh dengan mudah.
Pancasila dan butir-butir pengamalannya kemudian tidak cuma menjadi barang sakral yang hanya dihafal dan diteriakan keras-keras dalam berbagai seremoni. Pancasila kemudian begitu mudah dikerjakan dalam praktek sehari-hari.
Ketuhanan, kemanusiaan, kejujuran, toleransi, persatuan, kerakyatan, cinta keberagaman, dan keadilan, akhirnya menjadi milik setiap insan muda Indonesia, dari generasi ke generasi.
Kemudian sebagai lanjutannya, transformasi bangsa ke arah cita-cita bangsa yang dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 sebagai berikut ini.
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Saya memberi penebalan huruf pada frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Frasa yang jelas memberi bukti betapa berpihaknya para pendiri bangsa kita kepada pendidikan dan upaya mencerdaskan bangsa di masa yang akan datang.
Sebuah etos kerja yang juga jelas ditujukan kepada upaya para pendiri bangsa Indonesia untuk membuat generasi masa depannya menjadi generasi cemerlang yang mumpuni dan siap bersaing.
Menggugat Pelajaran Sejarah di Sekolah Formal
Kini telah 71 tahun berlalu dari saat 10 November 1945 dan Pertempuran Arek Suroboyo yang dipimpin Bung Tomo, yang menjadi tanda peringatan Hari Pahlawan.
Kembali kepada keteladanan. Di manakah itu bisa ditularkan dan akhirnya menjadi milik dan melekat pada karakter setiap anak muda Indonesia?