Jika ketahuan, para perompak akan menghukum si pemakan hewan liar dengan mengikat badan hingga berbentuk huruf O.
Para sandera sempat melawan dengan mogok makan. Satu-satunya perlawanan itu dilangsungkan setelah ABK asal Kamboja ditembak di bagian kaki.
Awalnya, ABK asal Kamboja meminta izin untuk buang air besar. Umpatan sempat keluar dari perompak Somalia.
Bertahun-tahun lamanya menetap membuat ABK mengerti bahasa setempat. Umpatan dibalas dengan umpatan.
Karena kesal, si perompak menembak kaki ABK asal Kamboja.
(Baca: Kemenlu: Kepercayaan Keluarga Penting dalam Pembebasan Sandera di Somalia)
"Beruntung peluru tidak menembus tulang. Ada semacam tim dokter tapi obat tidak memadai. Akhirnya dia bisa sembuh setelah beberapa Minggu tidak bisa jalan. Kami tidak terima teman kami diperlakukan begitu. Kami mogok makan," kata Sudirman.
Selain Sudirman, ABK asal Indonesia lainnya adalah Supardi (34) asal Cirebon, Jawa Barat; Adi Manurung (32) asal Medan, Sumatera Utara; dan Elson Pesireron (32) asal Seram, Ambon.
Satu ABK asal Cirebon tidak sempat menginjakkan kaki ke tanah air. Ia meninggal di Somalia diduga karena sakit malaria pada 2014.
Sudirman masih tidak percaya bisa bertemu dengan keluarganya kembali.
Di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Senin (31/10/2016), Sudirman dan kawan-kawan bertemu lagi dengan keluarga.
(Baca: Ini Kronologi Pembebasan 4 WNI yang Disandera Perompak Somalia Selama 4,5 Tahun)
Isak tangis pecah seketika. Peristiwa itu membuat haru biru siapapun yang melihatnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sempat terlihat lihat menyeka air matanya. Mewakili ABK lainnya, Sudirman mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang terus berusaha membebaskan warga negaranya.
"Saya bangga jadi WNI. Di mana saat terjadi masalah pemerintah tetap bantu," ucap Sudirman.