JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa segera terbang ke lokasi banjir bandang dan longsor di Garut dan Sumedang, Jawa Barat, setelah menerima perintah Presiden Joko Widodo.
"Pertama, saya akan menyampaikan bantuan sosial kematian dari pemerintah untuk keluarga korban jiwa yang sudah teridentifikasi," ujar Khofifah di Kompleks Istana Presiden, Rabu (21/9/2016).
Berdasarkan data terakhir, korban jiwa di Garut mencapai 20 orang. Sementara korban jiwa di Sumedang mencapai tiga jiwa.
Besaran bantuan sosial kematian, menurut Khofifah, yakni sebesar Rp 15 juta per jiwa.
Selain itu, Khofifah akan menyambangi lokasi pengungsian. Khofifah akan mengecek langsung kebutuhan para pengungsi, apakah memenuhi atau tidak.
Kementerian Sosial berupaya untuk menutupi kebutuhan yang belum ada.
"Pokoknya jangan ada yang tidak terpenuhi. Utamanya adalah air bersih dan peralatan anak-anak," ujar Khofifah.
Mengenai banyaknya rumah warga yang rusak, Khofifah juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut Khofifah, tim Kementeria PU-Pera telah mengirim tim untuk mengidentifikasi berapa rumah yang mengalami kerusakan.
Khofifah belum mengetahui apa kebijakan pemerintah tentang rumah rusak itu. Ia akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Garut.
Banjir bandang menerjang Garut dan longsor terjadi di Sumedang, Jawa Barat, pada Selasa malam.
(Baca juga: Korban Banjir Bandang di Garut Bertambah, 20 Orang Meninggal Dunia dan 14 Orang Hilang)
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, banjir bandang dan longsor itu dipicu hujan deras. Curah hujan tinggi menyebabkan debit air sungai Cimanuk dan Cikamuri naik cepat.
"Ini menunjukkan kondisi hulu daerah aliran sungai Cimanuk sudah rusak dan kritis," ujar Sutopo.