Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marwah DPD yang Tercoreng di Tengah Isu Penguatan Wewenang

Kompas.com - 19/09/2016, 06:40 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badai besar datang menerjang Dewan Perwakilan Daerah RI. Pucuk pimpinan lembaga perwakilan itu justru tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di tengah berkembangnya wacana penguatan peran DPD.

Ironi tak berhenti di situ. Irman Gusman selaku Ketua DPD merupakan penerima Tanda Jasa Bintang Mahaputera Adiprana 2010 silam. Bahkan, ia juga dikenal sebagai tokoh antikorupsi.

Ketika menghadiri Festival Antikorupsi di Bandung 2015 akhir tahun lalu, Irman menyatakan agar koruptor harus dihukum berat. Ia menyatakan layaknya di Tiongkok, koruptor harus dihukum mati untuk memberikan efek jera.

Tak disangka Sabtu (17/9/2016) dini hari merupakan titik balik yang tak terduga baginya. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjaring Irman dalam drama operasi tangkap tangan usai dirinya menerima sejumlah uang dari seorang pengusaha.

(Baca: Irman Gusman Ditangkap KPK, Usul Penambahan Wewenangan DPD Dipertanyakan)

Uang tersebut diterima Irman terkait rekomendasi kuota gula impor yang diduga dijanjikan Irman kepasa si pengusaha. Ketua Badan Kehormatan DPD AM Fatwa mengaku terpukul saat mendengar kabar penangkapan Irman. Apalagi, ini merupakan kali pertama anggota DPD dicokok KPK.

"Rasanya seperi tersambar petir," ujar Fatwa saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (18/9/2016).

Fatwa pun bertutur ihwal hubungan kekerabatannya dengan Irman. Ia mengaku kenal dan dekat dengan keluarga Irman.

"Waktu orang tua Pak Irman meninggal saya datang, namun untuk kasus ini saya tidak mau masuk untuk mengomentari Pak Irman secara pribadi," tutur Fatwa.

(Baca: KPK Pastikan Irman Gusman Tahu Bungkusan Berisi Uang)

Tak hanya Fatwa yang merasa tersambar petir. Seluruh anggota dan pimpinan DPD yang hadir dan membacakan siaran pers di Kompleks Parlemen pasca resminya status tersangka diumumkan oleh KPK, juga terlihat muram.

Mereka masuk ruang pers parlemen dengan kepala tertunduk dan raut muka sedih. Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad membacakan siaran pers tersebut dengan penuh ketegangan. Ekspresi yang sama diperlihatkan oleh Wakil Ketua DPD lainnya, GKR Hemas.

"Tentu ini menjadi pukulan bagi kami semua, dan kami minta maaf kepada masyarakat," ujar GKR Hemas.

Tertangkapnya Irman tentu menimbulkan citra negatif bagi DPD di mata publik. Fatwa pun mengakui itu.

(Baca: "Miris, Irman Gusman Selama Ini Dikenal sebagai Tokoh Anti-Korupsi")

Dia mengatakan sangat mungkin kepercayaan publik terkikis terhadap kredibilitas DPD yang kini tengah mengajukan penguatan kewenangan. Ya, sistem bikameral yang setengah hati menjadikan DPD seolah anak tiri dalam proses pengambilan keputusan.

DPD hanya berwenang memberi pertimbangan dalam proses legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Tak seperti DPR yang berwenang memutuskan. Namun, Fatwa berharap publik tak menghakimi lembaga karena yang dilakukan Irman tak ada kaitannya dengan kewenangan DPD.

"Saya kira DPD dalam era demokrasi ini dibutuhkan oleh masyarakat karena itu perlu tetap ada, kami tak mengendurkan semangat agar bisa memiliki kewenangan memutuskan seperti DPR. Tentu kasus Pak Irman menjadi pelajaran," kata dia.

Kompas TV Ketua DPD Irman Gusman "Pakai" Rompi Oranye
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com