Hati nurani
Hati nurani menjadi batu uji paling sahih ketika gelimang tawaran yang menggoda hadir di depan mata.
Artidjo mengaku pernah didatangi dua pengusaha di kantornya yang menawarkan sesuatu sembari berkata, "Ini tinggal Pak Artidjo saja yang belum. Semuanya sudah terima."
Artidjo bereaksi keras, "'Hei, lancang sekali Saudara', saya bilang begitu. Saya tersinggung dengan omongan mereka itu."
Perjuangan memberantas korupsi di negeri ini pun seolah tiada habisnya. Betapa pun vonis hakim maksimal dijatuhkan, korupsi masih menjangkiti.
Korupsi mewabah, mulai dari anggota DPR, bupati, wali kota, hakim, jaksa, pengacara, diplomat, pengusaha, hingga kalangan kebanyakan.
Melihat kondisi itu, Artidjo kukuh pada pendiriannya, termasuk ketika pemerintah berencana memberikan remisi koruptor.
Apakah Anda kecewa karena susah-susah menjatuhkan vonis berat, lalu pemerintah memberikan remisi? Apakah Anda merasa gagal?
"Enggak, saya tidak kecewa. Saya lakukan tugas saya sebaik-baiknya," katanya.
Saat dicecar pembawa acara, apakah dirinya pernah galau saat memutuskan perkara, Artidjo menjawab, dirinya memutus dengan keyakinan penuh.
Keyakinan berdasarkan pancaindera (realisme/ainul yaqin), keyakinan berdasarkan literatur/ilmu (idealisme), dan berdasarkan hati nurani (haqqul yaqin).
Bicara soal keteguhan dan keyakinan, ada kisah menarik dari Albert Camus tentang Sisiphus dalam legenda Yunani yang dikutuk dewa karena perbuatannya menentang dewata.
Sisiphus yang karena berpegangan pada pendiriannya dikutuk seumur hidup melakukan tugas mendorong batu dari dasar hingga puncak gunung.
Batu besar itu pun dengan mudahnya tergelincir lagi ke bawah setiap kali sampai di puncak. Setiap kali batu itu jatuh, Sisiphus mesti mengulangi lagi pekerjaannya dari awal.
Dari perjuangan yang seolah sia-sia melawan hidup dan nasib yang melingkupi itu, Camus menggambarkan Sisiphus sebagai manusia yang melakoni pekerjaannya dengan rasa keyakinan sebab ia tiada pernah berhenti mendorong batu besar itu ke atas lagi dan lagi.
Kata Camus, "Perjuangan itu sendiri cukup untuk memenuhi hati seorang manusia. Tiada lain yang bisa dipikirkan kecuali bahwa ia (manusia itu) berbahagia."
Indonesia memerlukan banyak orang macam Artidjo, yakni manusia yang-seperti dikatakan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas-orisinal dan berpendirian kuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.