Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengagungkan Toleransi di Bumi Alor

Kompas.com - 06/09/2016, 10:28 WIB

Belasan perempuan dewasa di Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, bergerak searah jarum jam dalam barisan lingkaran. Mereka saling merekatkan diri satu sama lain dengan mengaitkan jari kelingking.

Pada Rabu (24/8) petang lalu, belasan perempuan itu menari lego-lego. Tarian itu untuk menyambut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto serta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang hadir di daerah perbatasan itu.

Tarian tersebut tak hanya sekadar tradisi untuk penyambutan tamu kehormatan, tetapi juga menjadi simbol persatuan warga Alor yang sudah dibangun sejak sekitar tiga abad lalu.

Salah satu tetua adat Taruamang Alor, Golliet Sirituka, menuturkan, toleransi sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan beragama di Alor.

Ia mencontohkan, pembangunan gereja dilakukan oleh penduduk Muslim, sedangkan masjid pun dibangun oleh penduduk Nasrani.

"Panitia perayaan Idul Fitri juga diurus oleh penduduk beragama Nasrani. Lalu ketika Natal tiba, penduduk Muslim mengurus persiapan perayaan Natal. Silaturahim kami tidak mengenal perbedaan agama," ujar Golliet.

Golliet mengisahkan, Islam datang di Alor sekitar akhir abad ke-18. Islam dibawa oleh para pedagang dari Ternate, Maluku Utara.

Komunitas Islam pertama di Alor mendiami Pantai Makassar yang berada di Kecamatan Alor Kecil.

Sementara itu, berdasarkan data sejarah yang tertulis di laman resmi Pemerintah Kabupaten Alor, agama Nasrani hadir pada 1908 yang dibawa oleh seorang pendeta Jerman bernama DS William Bach.

Pembaptisan pertama rakyat Alor dilakukan di wilayah Dulolong. Kala itu, dua tetua Alor, yaitu Lambertus Moata dan Umar Watang Nampira, hadir dalam pembaptisan itu.

Lambertus kemudian menjadi pendeta pribumi pertama di daerah itu. Sementara Umar memeluk Islam.

Kehadiran Umar merupakan bentuk toleransi dan mengajarkan kepada seluruh penduduk Alor untuk saling menghormati perbedaan keyakinan.

Sumpah

Kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi di Alor merupakan warisan leluhur. Menurut Golliet, tetua adat Alor dan para pendatang melakukan sumpah adat yang disebut bela pada abad ke-19.

Sumpah itu dilakukan oleh dua suku terbesar Alor, yaitu Taruaman dan Bunga Bali, dengan sejumlah pendatang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com