Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Pansus RUU Anti-Terorisme: Deteksi Dini Intelijen Mesti Diatur

Kompas.com - 01/09/2016, 15:32 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Panitia Khusus (Pansus) Revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme mengundang Badan Intelijen Negara (BIN) dalam lanjutan pembahasan revisi UU tersebut, Kamis (1/9/2016).

Wakil Ketua Pansus Supiadin Aries Saputra menuturkan, salah satu yang dibahas adalah mengenai peran BIN dalam konteks pencegahan.

Aksi terorisme harus bisa dicegah menggunakan early warning system atau sistem pencegahan dini. Ia menambahkan, selama ini dalam UU Antiterorisme tidak ada pasal yang mencakup pencegahan.

(Baca: Pimpinan Pansus RUU Antiterorisme Nilai "Pasal Guantanamo" Mestinya Tak Perlu Ada)

"Artinya UU baru berlaku ketika sudah terjadi aksi terorisme, orang sudah mati, ada korban. Makanya dalam konsep UU Terorisme ke depan ada strategi pencegahan, penindakan dan rehabilitasi," ujar Supiadin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (1/9/2016).

Supiadin juga menyayangkan prosedur penyampaian informasi intelijen yang jika dijadikan alat bukti permulaan, harus melalui pengadilan. Langkah tersebut dianggap memakan waktu.

Sehingga ke depannya akan dirumuskan dan dicari jalan keluar terkait poin tersebut. "Ini masih kami cari masukan dari seluruh stakeholder," kata Politisi Partai Nasdem itu.

Sementara itu, Anggota Pansus Antiterorisme Nasir Djamil mengatakan kasus bom Thamrin bisa dijadikan contoh perlunya penggunaan early warning system oleh intelijen.

Terlebih pada kasus yang sama, BIN dianggap oleh sejumlah pihak, telah kecolongan.

(Baca: Bahas RUU Antiterorisme, Pansus DPR Juga Minta Masukan Ali Imron)

"Pada kasus bom Thamrin kan rumor yang berkembang Kedutaan Besar Amerika Serikat sudah kasih warning kepada warganya yang ada di Indonesia. Artinya, intelijen mereka bekerja secara aktif. Nah kami ingin BIN punya kemampuan seperti itu," kata Nasir.

Namun, dalam rapat pansus, lanjut Nasir, pihak BIN mengaku mendeteksi rencana teror tersebut, tapi informasi itu tak disampaikan kepada pihak berwenang karena khawatir berdampak buruk bagi beberapa sektor. 

"Tadi mereka bilang 'kita mengetahui tapi tak mau sampaikan takut berdampak pada ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya' kecuali kalau memang akan terjadi," ujar Politisi PKS itu. "Tapi kan bom Thamrin? Bisa dikatakan intelijen kita kecolongan," sambung dia.

Kompas TV Pengaruh Terorisme Melalui Media Sosial-Satu meja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com