Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moga Golkar Tetap ”Setya”

Kompas.com - 22/05/2016, 05:50 WIB

Buat kalangan lainnya, sikap Golkar sudah mengarah pada ”oportunisme politik” yang lebih absurd.

Di sini berlaku filosofi ”yang penting mengambil kesempatan untuk mencapai tujuan, tanpa mempertimbangkan sebab-sebab atau akibat-akibatnya”.

Suka atau tidak, pragmatisme dan oportunisme makin hari makin tampak dalam praktik politik kepartaian kita. Politik kita, seperti kata Harold Lasswell, semata-mata hanya soal ”siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana”.

Mungkin PDI-P dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang antara lain dapat dikategorikan sebagai partai yang agak memperhitungkan prinsip-prinsip ideologis (masing-masing sukarnoisme dan Islam) dewasa ini.

Namun, kalau soal masuk kabinet untuk mendapat jatah menteri, semua partai berebut atas nama pragmatisme dan oportunisme.

Seorang tokoh Golkar, Rully Chairul Azwar, dalam buku Politik Komunikasi Partai Golkar di Tiga Era, dari Partai Hegemonik ke Partai Berorientasi Pasar (2009) menempatkan partainya sebagai kekuatan politik yang pandai berselancar mengarungi ombak politik.

Golkar berhasil merebut suara terbanyak pada pemilu-pemilu ”abu-abu” ala Orde Baru, bahkan sempat menjadi juara pada Pilpres 2004.

Hegemoni itu tak hanya dominan pada masa Orde Baru, sampai kini pengaruh politik Golkar terasa kental di berbagai bidang kehidupan negara/masyarakat.

Contohnya ikonisasi Presiden Soeharto yang oleh Golkar akan dicalonkan kembali menjadi Pahlawan Nasional, manuver yang dianggap brilian oleh sisa-sisa Orde Baru.

Golkar satu-satunya partai yang mampu bertahan dalam waktu paling lama dalam sejarah kepartaian karena tiga faktor. Faktor pertama adalah kepemimpinan yang relatif stabil dan berkesinambungan dalam menjaga kelangsungan status quo menghadapi berbagai tantangan dan perubahan yang menghadang.

Kepemimpinan Suprapto Sukowati, Amir Murtono, Sudharmono, Wahono, dan Harmoko dalam periode 1969-1998 berkarakteristik hegemonik berkat dukungan rezim BA (bureaucratic authoritarian) Orde Baru.

Stabilitas dan kesinambungan tetap terjaga pula pada masa kepemimpinan Akbar Tandjung (1998-2004) sebagai solidarity maker yang dibuktikan lewat sukses memenangi Pemilu 1999 dan 2004.

Dan, kepemimpinan Jusuf Kalla sejak Rapimnas Bali 2004 sampai kini memperlihatkan kembali kelenturan Golkar. Suka atau tidak, Aburizal Bakrie berhasil mengantar Golkar menjadi pemenang kedua Pileg 2014.

Faktor kedua, konflik dan konsensus internal terkelola relatif mulus. Jangan lupa, perpecahan internal yang berujung pada Munaslub Bali 2016 terjadi juga karena ikut campur invisible hands dari kalangan pemerintah.

Faktor ketiga, Golkar memiliki massa loyal yang berciri modern alias nontradisional.

Sekali lagi, selamat untuk Setya Novanto. Semoga seluruh jajaran Golkar, termasuk mereka yang pulang dengan tangan hampa dari Munaslub Bali 2016, tetap ”setya” kepada Ketua Umum Golkar yang baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com