Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Saidiman Ahmad
Peneliti Politik dan Kebijakan Publik

Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting; Alumnus Crawford School of Public Policy, Australian National University.

Berharap (p)ada Golkar Baru

Kompas.com - 16/05/2016, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dinamis dan egaliter

Dalam artikelnya, "The defeat of centralized paternalism" (2006), Dirk Tomsa menyatakan:

 “As many Indonesian parties continue to be dominated by charismatic leaders… But it is a very different story with Indonesia’s biggest and longest serving party, Golkar…. Golkar today is actually the exact opposite of a paternalistic party... Golkar more than any other Indonesian parties, relies primarily on its armada of local officials at the grassroots level”

Ketika partai-partai baru yang lahir di era reformasi terkungkung dalam kuasa patron, Partai Golkar justru bergerak dinamis dan lebih egaliter.

Golkar berhasil mengadopsi semangat desentralisasi di mana kekuataan-kekuatan politik daerah mengambil peran signifikan. Mereka tidak mudah ditaklukkan.

Menjelang Pemilu 2004, Golkar memunculkan gagasan Konvensi untuk menjaring calon presiden. Ini adalah gagasan baru yang justru diprakarsai oleh partai dari kekuatan lama Orde Baru.

Dari konvensi inilah muncul nama-nama baru yang kemudian menjadi pemain-pemain utama politik nasional. Mereka adalah Wiranto, Prabowo Subianto, Surya Paloh, dan Akbar Tanjung sendiri. Bahkan intelektual penggerak reformasi, Nurcholish Madjid, juga ikut dalam konvensi, walaupun kemudian mundur di tengah jalan.

Besar dugaan waktu itu bahwa konvensi Golkar hanyalah akal-akalan Akbar Tanjung untuk maju sebagai calon presiden. Mereka menganggap Akbar akan memenangkan konvensi dengan mudah.

Namun di luar dugaan, Akbar Tanjung tumbang. Elit-elit partai daerah seolah-olah melakukan pembangkangan pada sang ketua umum yang juga ikut dalam konvensi. Yang memenangkan konvensi justru Jenderal Wiranto.

Semangat pembaruan yang didengungkan oleh partai ini berbuah manis. Pada Pemilu kedua era-Reformasi, 2004, Golkar keluar sebagai pemenang pertama.

Namun begitu, calon hasil konvensi yang diusung oleh Golkar, Wiranto, kandas dalam Pemilu Presiden langsung kala itu dikalahkan oleh Susilo Bambang-Yudhoyono yang berpasangan dengan tokoh Golkar lainnya, Jusuf Kalla.

Pada tahun yang sama, Golkar menggelar suksesi kepemimpinan dengan terpilihnya Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum. Golkar kemudian secara resmi menjadi partai pendukung pemerintah.

Golkar memiliki aparatus organisasi yang mendukungnya mampu beradaptasi dengan cepat pada perubahan. Kemampuan ini mendorong partai lebih fleksibel dan dinamis.

Hampir tidak mungkin lagi mengembalikan partai ini pada model kekuasaan sentralistik seperti pada era Soeharto. Akbar Tanjung, arsitek perubahan partai, bahkan merasakan sendiri ketika ia ditumbangkan oleh gerakan Iramasuka, suatu koalisi elit-elit partai daerah.

Demikian pula yang dialami oleh Abu Rizal Bakrie. Walaupun Bakrie begitu digadaya dengan dukungan finansial besar, tapi itu tidak menghalangi gerakan pembangkangan yang dimotori oleh para aktivis muda partai.

Melihat transformasi besar yang terjadi di tubuh partai Golkar sejak reformasi bergulir, gagasan memunculkan Soeharto sebagai ikon partai menjadi kurang relevan, bahkan bisa jadi kontra-produktif.

Mengembalikan kejayaan Golkar bukan dengan mundur ke belakang, tapi menatap jauh ke depan, mencari semua kemungkinan perubahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com