KOMPAS.com - Oktober 2015, Presiden Joko Widodo batal datang ke Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, karena terhalang asap tebal kebakaran hutan.
Padahal, penduduk desa itu telah menyediakan jamban atau WC khusus untuk kedatangan Presiden.
Waktu itu, Jokowi dijadwalkan melihat hasil relokasi penduduk kepulauan tersebut yang tertimpa gempa bumi dan tsunami pada 25 Oktober 2010.
Ketika berkunjung lagi ke Sumatera Barat (Sumbar), pada awal April 2016, Presiden juga tidak sempat singgah lagi di Kepulauan Mentawai.
Dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, calon presiden dan wakil presiden Jokowi-JK kalah telak di Provinsi Sumbar.
Hanya di Mentawai Jokowi-JK menang (memperoleh 31.440 suara).
Sementara, calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa hanya memperoleh 9.071 suara.
Pada 28 April 2016, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengajak Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (51) dan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek (67) datang ke Desa Bulasat, Mentawai.
Perjalanan dari Padang ke Desa Bulasat ditempuh selama hampir satu setengah jam menggunakan helikopter.
Perjalanan Jakarta- Padang secara normal dengan pesawat terbang makan waktu 1 jam lebih 23 menit.
Ketiga menteri perempuan itu juga didampingi Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangile, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Surya Chandra Surapaty, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, dan anggota DPR dari Komisi IX, Alex Indra Lukman.
Di bawah hujan, Puan mengatakan, kepulauan ini sangat indah, pantas menjadi salah satu tujuan wisata.
"Namun, ketika menginjakkan kaki, yang disodorkan kepada saya bukan tentang keunggulan kawasan ini, seperti ada pisang bagus, melainkan justru berbagai masalah yang harus diatasi. Misalnya, soal pendidikan sumber daya manusia. Selain itu, di tempat saya berpijak, di jalan raya Trans-Mentawai belum bisa diaspal karena masih ada masalah dengan HPH (hak pengusahaan hutan)," kata Puan.
Ketika bertemu dengan para murid SD, Puan bukan hanya bersalaman, melainkan juga memegang tubuh mereka.
Ia ingin tahu apakah badan mereka sehat, "Jangan sampai mereka kurang gizi, hanya tulang saja, rambutnya merah dan matanya tak bercahaya," ujarnya.
Puan berharap Mentawai menjadi salah satu tempat pembibitan para pemimpin.
"Siapa tahu 20 tahun mendatang ada menteri atau gubernur dari sini," ujar Puan lagi.
Tiga hari di Sumbar, Puan datang ke berbagai tempat, termasuk makan di sejumlah warung kecil dan pasar.
"Ternyata Bu Puan bersahaja, ya, dan kehadirannya menjadi public relations wisata Sumbar," ujar Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, dalam sambutannya di sebuah pasar tradisional. (J OSDAR)
_______________________
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Mei 2016, di halaman 2 dengan judul "Mentawai, Bibit Menteri".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.