Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wijayanto
Dosen

Direktur Center for Media and Democracy, LP3ES, Jakarta dan sekaligus Kepala Sekolah Demokrasi, LP3ES. Penulis juga Dosen Media dan Demokrasi, FISIP UNDIP, meraih gelar Doktor dalam bidang Media dan Politik dari Universitas Leiden pada tahun 2019.

Kurhaus, Selfie dan Kunjungan Jokowi

Kompas.com - 23/04/2016, 10:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Rumor yang beredar, pemilihan tiga penanya itu bahkan telah dipilih terlebih dahulu oleh panitia, supaya tidak terjadi kecolongan. Konon panitia tak mau peristiwa temu warga di London di mana satu peserta bertanya terkait 65 kembali berulang.

Ada apa ini? Apakah rezim ini benar-benar melihat pertanyan sebagai sesuatu yang sungguh berbahaya? Bukankah “blusukan” untuk menimba aspirasi rakyat adalah kegemaran Presiden kita? Bukankah blusukan ke Belanda kali ini juga punya tujuan yang sama, dan bukan sekedar untuk selfie?

Dan benak saya segera melayang ke Jakarta, dua tahun lalu. Saat saya bersama dengan teman-teman aktivis berkunjung ke rumah dinas Jokowi yang saat itu masih gubernur Jakarta.

Datang pada masa menjelang pemilihan pesiden, kami berdiskusi panjang lebar untuk satu tujuan: mendorongnya untuk maju dalam Pilpres 2014. Sambil menitipkan pesan tentang visi Indonesia ke depan.

Dialog berlangsung dengan sangat interaktif dan penuh keterbukaan. Kami semua optimis pada pria sederhana ini harapan tentang Indonesia baru bisa kami sematkan.

Namun, harus saya katakan bahwa malam itu saya melihat seorang  Jokowi yang berbeda. Dia tidak tampak seperti seorang yang duduk di samping saya, saat bersama makan soto pada pagi di rumah dinasnya sebagai Gubernur Jakarta dulu.

Jokowi yang saya ingat  saat itu adalah seseorang yang gemar dialog dan bukan monolog. 

Saya tahu bahwa pembredelan media hari ini sudah tidak mungkin dilakukan. Pun demikian dengan aksi represif pada para aktivis. Dan membandingkan Jokowi dengan rezim Orde baru barangkali terlalu berlebihan.

Maka saat riuh peserta satu per satu meninggalkan Kurhaus malam itu, diam-diam saya berharap kekhawatiran saya tidak terbukti. Dalam hati saya masih percaya rezim pemerintahan hari ini tidak akan mengulangi kesalahan Orde Baru.

Bahwa sambil terus memacu pembangunan ekonomi, rezim ini juga akan tetap membuka diri pada kritik. Karena teman-teman mahasiswa pada malam hari itu jelas menginginkan lebih dari sekedar selfie.

Den Haag, 22 April 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com