Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Rendah, Publik Masih Melihat Kondisi Politik di Era Jokowi Membaik

Kompas.com - 18/04/2016, 05:37 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Djayadi Hanan mengatakan bahwa pada Maret 2016 ini evaluasi publik terhadap kondisi politik nasional sudah semakin positif.

Pendapat tersebut dia sampaikan setelah SMRC melakukan survei nasional atas kinerja pemerintahan Joko Widodo kuartal pertama pada 22-30 Maret 2016 dengan melibatkan 1.220 responden berusia 17 tahun ke atas di 34 provinsi.

Dari hasil survei nasional diketahui jumlah warga yang menyatakan kondisi politik nasional lebih baik sebesar 27 persen. Penilaian ini jauh lebih baik dibanding Juni 2015 dimana warga yang menilai kondisi politik lebih baik jumlahnya hanya 22 persen.

Sedangkan, sebanyak 36 persen warga menilai keadaan politik saat ini sedang, 21 persen warga mengatakan buruk, sisanya menjawab sangat buruk dan tidak tahu/tidak menjawab.

(Baca: SMRC: Kinerja Jokowi Bangun Jalan Dipuji, tapi Masyarakat Kecewa Soal Kemiskinan)

"Ini menunjukkan konsolidasi politik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo selama setahun terakhir dinilai positif oleh publik," ujar Djayadi saat memberikan keterangan di kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (17/4/2016).

Lebih lanjut, Djayadi menjelaskan, meskipun angka yang ditunjukkan dalam survei tersebut cenderung rendah. Namun, ia menilai kondisi politik saat ini positif karena adanya peningkatan persentase jumlah masyarakat yang memberikan penilaian baik.

Hal itu kemungkinan besar disebabkan langkah-langkah politik Presiden saat ini direspon positif oleh mayoritas masyarakat.

"Fakta tersebut bisa dijadikan modal bagi Jokowi untuk meneruskan kebijakan-kebijakannya," kata Djayadi.

(Baca: SMRC: Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Jokowi Semakin Meningkat)

Sementara itu, kondisi penegakan hukum juga dinilai positif oleh publik. Sebanyak 43 persen warga menyatakan penegakan hukum kini lebih baik, jauh lebih banyak dibanding yang menyatakan sebaliknya yakni 22 persen.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup baik jika dibandingkan Juni 2015. Pada saat itu sebanyak 32 persen warga menyatakan penegakan hukum di Indonesia baik, sedangkan warga yang menyatakan buruk jumlahnya lebih banyak, yakni 38 persen.

"Kondisi penegakan hukum dinilai positif dibandingkan pada Juni 2015. 39 persen menilai kondisi hukum buruk, yang menilai baik hanya 32 persen. Ini kenapa masyarakat menerima kinerja presiden," ucap Djayadi.

Kompas TV Sinyal "Reshuffle" Makin Kuat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com