Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sayidiman Suryohadiprojo
Purnawirawan TNI

Purnawirawan yang gemar menulis. Pernah menjadi Panglima KODAM XIV/Hasanuddin, Wakil Kepala Staf TNI-AD, Gubernur Lemhanas, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RI di Jepang, Penasehat Presiden RI Urusan Ketahanan Nasional, serta anggota MPR RI.

Restorasi Pancasila Menuju Pembangunan Peradaban Indonesia

Kompas.com - 11/04/2016, 19:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Adalah wajar apabila satu bangsa berdasarkan kebudayaannya berusaha membangun peradabannya sendiri. Yang dimaksudkan dengan peradaban (Inggris : civilization, Belanda : beschaving) menurut Encyclopedia Americana adalah segala perkembangan manusia dalam penguasaan pengetahuan dan kecakapan yang mendorongnya untuk mencapai perilaku yang luhur.

Peradaban bersumber pada kebudayaan yang menurut ilmu antropologi adalah seluruh perilaku manusia sebagai hasil pelajaran (learned behavior yang berbeda dari instinctive behavior). Hal ini meliputi keseluruhan pemikiran dan benda yang diciptakan manusia dalam perkembangan sejarahnya.

Kebudayaan adalah pola berpikir dan berbuat yang terjadi dalam kehidupan satu bangsa dan yang membedakannya dari kelompok atau bangsa lain.

Timbul pertanyaan : Apakah kita berhak atau patut bicara tentang peradaban Indonesia ? Sebab sejak kemajuan dunia Barat yang terjadi setelah Renaissance, pengertian peradaban seakan-akan sinonym dengan dunia Barat.

Kemajuan membuat manusia Barat makin mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mencapai keberhasilan dalam  mewujudkan kehidupan materi, serta menguasai seluruh planet Bumi.

Bicara tentang peradaban kemudian ditafsirkan sebagai bicara tentang peradaban Barat. Seakan umat manusia yang hendak mencapai peradaban tidak bisa lain dari mewujudkan peradaban Barat. Dunia Barat sendiri menganggap peradaban adalah kehidupan seperti yang mereka lakukan; semua orang yang mau dinilai beradab harus hidup seperti manusia Barat.

Namun pada akhir Abad ke 20 timbul proses penyadaran manusia  bahwa di samping nilai-nilai universal ada pula nilai-nilai yang khas, dan bahwa nilai universal bukan identik dengan nilai-nilai budaya Barat.

Hal itu diperkuat ketika pada abad ke 20 terjadi kemajuan besar dalam kehidupan bangsa-bangsa Jepang,  Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan terakhir China, yang hidupnya dilandasi budaya Konfusianisme. Apalagi kemampuan bangsa-bangsa itu menyaingi kehidupan masyarakat Barat. 

Atas dasar itu Dunia Barat menganggap bahwa bangsa-bangsa penganut Konfusianisme akan maju dan sejahtera, kalau tidak setingkat dengan Barat hanya sedikit di bawahnya. Dan bangsa Asia  tidak akan mungkin maju kalau tidak mau mengambil Konfusianisme sebagai kebudayaannya .

Dalam majalah Time tanggal 14 Juni 1993, dimuat tulisan bahwa Asia, sekurang-kurangnya Asia Timur, adalah wilayah yang dikuasai peradaban Konfusianisme. Sebagaimana Eropa dan Amerika adalah wilayah yang dikuasai peradaban Barat.

Pandangan itu adalah pengakuan bahwa mungkin ada peradaban lain di samping Barat, asalkan bangsa itu dengan kebudayaannya dapat menghasilkan kehidupan yang maju baik secara jasmani dan rohani, material dan spiritual, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara luas dalam kehidupan masyarakatnya.

Dengan demikian terjawab pertanyaan di awal tulisan : bangsa Indonesia berhak dan bahkan wajib membangun peradaban Indonesia. Sebab UUD 1945 menyatakan bahwa bangsa Indonesia wajib memberikan sumbangan untuk membuat kehidupan umat manusia lebih maju, sejahtera dan damai.

Hal itu hanya dapat terwujud kalau ada peradaban Indonesia, yang dibangun bukan dengan mengambil kebudayaan orang lain, melainkan dilandasi kebudayaan Indonesia sendiri.

Restorasi Pancasila

Untuk membangun peradaban Indonesia, Pancasila sebagai Dasar Negara RI dan Jati Diri Bangsa harus mendapat penanganan berbeda dari yang selama ini dilakukan bangsa Indonesia, terutama para pemimpinnya.

Pancasila harus mengalami Restorasi sehingga menjadi  kebudayaan bangsa yang mampu mendukung pembangunan peradaban Indonesia. Dalam kondisi sekarang ketika Pancasila tidak dihiraukan dan bahkan dilecehkan oleh masyarakat dan para pemimpinnya, Pancasila tak akan mungkin menghasilkan  kebudayaan yang diperlukan untuk proses pembangunan peradaban.

Restorasi Pancasila mempunyai tiga aspek; aspek pertama adalah pendalaman dan pemahaman nilai-nilai Pancasila yang jauh lebih intensif di seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan terpelajar dan kalangan pimpinan bangsa dan daerah. Itu sangat diperlukan agar Pancasila mempengaruhi pembangunan peradaban Indonesia.   

Aspek kedua  Restorasi Pancasila menjadikan Pancasila berperan sebagai faktor utama dalam pembangunan Manusia Indonesia dan  Masyarakat dan Bangsa  Indonesia (Nation and Character Building), yang dulu selalu dikumandangkan Bung Karno tapi tak pernah dilaksanakan secara serius dan intensif.

Aspek ketiga Restorasi Pancasila adalah menjadikan Pancasila  referensi utama untuk memperkaya  kebudayaan Indonesia ketika hendak mengadopsi nilai-nilai bukan-Indonesia. Karena Pancasila adalah paham terbuka, maka tidak mustahil bangsa Indonesia merasa perlu mengadopsi hasil kebudayaan bangsa lain untuk peningkatan kehidupan sendiri, seperti dilakukan bangsa Indonesia di masa dahulu ketika mengadopsi nilai-nilai agama Hindu, Buddha dan Islam.  

Hal ini amat penting di masa sekarang ketika di luar Indonesia terjadi kemajuan luar biasa  dalam  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Adopsi harus menjamin bahwa hasilnya benar-benar sesuai dengan keperluan hakiki bangsa Indonesia. Untuk itu  Pancasila menjadi referensi utama dalam mengadopsi nilai-nilai asing itu.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com