Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Karpet Merah" Istana untuk Pendemo Menteri Desa dan Provokasi Keberangan Cak Imin

Kompas.com - 08/04/2016, 08:59 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Isu perebutan kursi di Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi selama sepekan terakhir ramai dibahas.

Padahal, hingga kini belum jelas kapan Presiden Joko Widodo akan melakukan perombakan atau reshuffle kabinet jilid II.

Sinyalemen reshuffle kabinet memang telah diberikan Jokowi. Pekan lalu, para pimpinan parpol yang tergabung ke dalam koalisi pendukung pemerintah sudah diajak bertemu.

Namun, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristyanto mengaku tidak mengetahui apakah di dalam pertemuan tersebut juga dibahas persoalan reshuffle.

Berbicara mengenai Kementerian Desa yang kini dipimpin politisi PKB, Marwan Jafar, diakui pengamat politik LIPI Siti Zuhro memang cukup "seksi".

(Baca: PDI-P: Orang Akan Bertanya Kenapa PKB "Ngotot" Pertahankan Menteri Desa)

Ada dua hal yang mendasarinya, pertama, pemerintah saat ini cukup jor-joran mengalokasikan anggaran bagi desa. Kedua, Menteri Desa memiliki akses luas ke lebih dari setengah penduduk Indonesia.

"Posisi Menteri Desa jelas sangat strategis bagi partai politik karena memang lumbung suara itu ya di desa. Kasarnya adalah jika si menteri turun memberi dana desa, rakyat akan happy. Kalau happy berpeluang dijadikan konstituen dalam pemilu. Ujung-ujungnya itu," kata Siti saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/4/2016) lalu.

"Keseksian" jabatan Menteri Desa pun diakui PKB. Tak pelak jika partai itu cukup berang ketika ada upaya sistemik yang diduga dilakukan sejumlah pihak untuk merebut jabatan itu.

"Iya dong. Mendes kan hari ini anggarannya Rp 27 triliun sampai Rp 28 triliun, besar. Lalu, dari sisi kewenangan, banyak yang berkepentingan untuk mengambil itu, dan itu wajar," kata Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/4/2016).

(Baca: PKB: Istana Gelar "Karpet Merah" untuk Pendemo Menteri Desa)

Karding melihat, upaya sistemik merebut kursi Menteri Desa ditunjukkan oleh Istana beberapa waktu lalu. Saat itu, Istana menerima kehadiran ratusan demonstran yang mengkritik kebijakan penyaluran dana desa.

Tanpa menyebut siapa pihak yang menerima pendemo, ia menilai demo itu hanya sebuah bentuk upaya pengembangan opini tanpa fakta yang jelas.

Untuk diketahui, pada 23 Maret lalu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung sempat menerima ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Forum Pendamping Dana Desa (AFPDS) Jawa Barat yang mendemo Menteri Desa.

(Baca: Kursi Menteri Desa Digoyang, PKB Meradang)

"Istana gelar 'karpet merah' untuk mereka yang mendemo Menteri Desa," kata Karding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/4/2016).

Sikap Istana, menurut Karding, berbeda ketika menghadapi demo lain, seperti demo para guru honorer hingga demo terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Meski diikuti lebih banyak orang dan berkaitan dengan isu yang menurut dia substansial, tidak ada perwakilan Istana yang menerima pendemo tersebut.

"Di politik modern seperti ini, enggak ada satu pun gerakan yang enggak ketahuan," ucap Karding.

Selanjutnya: Cak Imin berang

Cak Imin berang

Atas upaya sistemik tersebut, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dikabarkan meradang kepada PDI Perjuangan.

Tak hanya akibat diterimanya demonstran ke Istana, tetapi juga karena adanya evaluasi yang dilakukan PDI Perjuangan atas kinerja kementerian di Kabinet Kerja.

Wasekjen PKB Daniel Johan mengatakan, selama ini PKB selalu mendukung setiap sikap PDI Perjuangan. Namun, ia menganggap, apa yang dilakukan PDI Perjuangan sebagai hal yang tidak adil.

"Kemendes saja yang mereka incar dari awal," kata dia, Rabu.

(Baca: Dituduh PKB Ingin Rebut Kursi Menteri Desa, Apa Kata PDI-P?)

"Cak Imin enggak terima. Itu bukan cuma urusan menteri, tetapi marwah partai," lanjut dia.

Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno membenarkan jika partainya mengevaluasi kinerja Kabinet Kerja. Namun, ia menegaskan, evaluasi dilakukan secara menyeluruh tanpa menyasar kementerian tertentu.

Ia menduga, ada hal lain yang menyebabkan Muhaimin marah. Sebab, ia menampik jika PDI Perjuangan mengincar posisi Menteri Marwan.

(Baca: PKB Sebut Kursi Menteri Desa Diincar, Ini Komentar Luhut)

"Mungkin diprovokasi lingkaran satunya. ingat, reshuffle itu hak prerogratif Presiden," kata Hendrawan.

Hendrawan pun mengingatkan agar semua parpol koalisi pemerintahan menjaga hubungan harmonis. Sebab, ia melihat, ada upaya untuk meregangkan hubungan koalisi yang telah terbangun selama ini.

Selain itu, menjaga harmonisasi lebih baik daripada menimbulkan rivalitas baru melalui perebutan kursi kabinet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com