Pada waktu yang tidak berselang lama KPK juga menangkap tiga orang terkait dugaan suap. Dua di antaranya adalah petinggi PT BA yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca: Kasus Suap BUMN PT BA
Sebelumnya, beberapa anggota Komisi V DPR RI dan pejabat negara lain juga ditangkap atas kasus suap yang diberikan untuk menggoalkan proyek pembangunan di Indonesia Timur sekaligus menyepakati agar penyuap ditunjuk sebagai pelaksana proyek.
Baca: Dugaan Suap ke Komisi V DPR
Berita lain menyebutkan adanya surat permintaan fasilitas kepada konsulat jenderal RI di Sydney, lagi-lagi oleh anggota DPRD, yang ingin pelesir ke Australia.
Lalu yang terbaru, munculnya 2.961 nama orang Indonesia yang diduga menyembunyikan uangnya di luar negeri untuk menghindari pajak. Di antaranya tentu ada nama-nama orang terkenal, pengusaha dan pejabat, yang akan membuat Anda terkejut.
Kebetulan semua orang yang terlibat dalam kasus-kasus di atas adalah golongan orang berada. Pada kasus proyek reklamasi Teluk Jakarta misalnya, Muhammad Sanusi, Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta yang ditangkap tangan oleh KPK, biasa terlihat mengendarai mobil mewah Jaguar atau Mercedes Benz.
Jam tangan yang dikenakan Sanusi pun harganya selangit. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pernah menyinggung soal jam tangan Sanusi itu. Ketika itu, Ahok menyebut jam tangan Sanusi adalah Richard Mille asli dan memiliki harga sekitar Rp 1,4 miliar.
Ia setidaknya memiliki dua rumah di Srengseng yang harganya sekitar Rp 2,5 miliar.
Adapun pejabat-pejabat lain yang disebutkan dalam berita-berita di atas bukanlah orang miskin secara ekonomi. Mereka anggota DPR maupun DPRD yang penghasilannya puluhan juta per bulan.
Saya jadi bertanya-tanya, andai semua yang dikabarkan media itu benar, apakah yang mereka cari? Mereka tentu bukan orang yang kelaparan. Pakaian pasti tak kurang. Rumah pun sangat mapan. Mengapa membahayakan diri dengan bermain-main melanggar hukum?
Namun setelah lebih merenungkan, saya jadi tersadar. Orang-orang itu tidak sendiri.
Banyak sekali manusia, termasuk saya, kita, yang tidak puas dengan apa yang dimiliki. Bahkan seringkali, makin banyak harta yang dipunyai, makin besar keinginan untuk menambah lagi, persis seperti orang yang menemukan 99 keping emas.
Seorang kawan pernah bercerita. Dahulu waktu gajinya Rp 300 ribu sebulan, yang ia inginkan hanya mencoba makan di restoran cepat saji. Hanya itu. Sangat sederhana. Ia tidak memikirkan punya rumah, mobil dan lainnya.
Lalu ketika ia pindah kantor dan gajinya Rp 800 ribu, ia mulai suka membeli baju baru. Saat bergaji Rp 5 juta, seleranya meningkat dan ia mencoba memakai barang bermerk.