Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Mereka yang Membunuh Tuhan

Kompas.com - 30/03/2016, 07:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Orang-orang yang menyatakan diri bertuhan acapkali kehilangan empati dan welas asih. Perilakunya mirip Chapman, menembak mati Tuhan, sosok yang digemarinya. Mereka menembak mati Tuhan yang welas asih dan menghidupkan Tuhan yang  membenci manusia yang diciptakannya sendiri. 

Tentu saja ini bukan soal agama, ini soal narasi tafsir.  Di dalam narasi itu berkelindanlah konteks zaman, budaya, kepentingan politik, kedangkalan otak manusia dalam memahami ajaran para suci, juga kekerdilan jiwa yang tak mampu memahami ketakberhinggaan semesta.

Karena narasi tafsir ini, jalan hidup orang beragama acapkali melahirkan sebuah paradoks. Dengan beragama, apapun agama yang dianutnya, didambanya kebahagian hidup. 

Namun, ada narasi tafsir atas ajaran para suci yang malah melahirkan ketidak bahagiaan. Atas nama surga diciptakanlah neraka di muka bumi. Atas nama iman, sekat-sekat dibangun. Eksklusivitas kelompok dikukuhkan. Stereotype didengungkan.  Demi surga. 

Betulkah demikian beriman itu?

Mimpi Lennon soal surga dan neraka bukan sebuah mimpi yang betul-betul baru. Pada abad ke-8 masehi, ada cerita yang amat terkenal tentang Rabiah Al-Adawiyah, seorang sufi wanita asal Irak. Suatu sore, demikian diceritakan, Sang Sufi berlari-lari di kota Baghdad sambil membawa obor dan seember air. 

Orang-orang heran dengan tingkahnya dan bertanya, “Wahai Rabiah, Anda mau ke mana membawa obor di hari terang dan seember air?”.

“Aku sedang mencari surga.  Aku mau bakar surga dengan obor ini supaya orang-orang yang beribadah pada Allah semata-mata karena kecintaan pada Allah, bukan karena surga. Aku juga mau memadamkan api neraka supaya mereka yang menghindari perbuatan jahat semata-mata karena cinta pada Allah, bukan karena takut pada neraka.”

Di zamannya, Rabiah pun mengalami betapa surga dan neraka menjadi sebuah petaka. Kebajikan dilakukan bukan demi kebajikan itu sendiri, tapi demi sebuah imbalan. Perilaku penjilat. 

Dalam perilaku yang disebut bajik, ketulusan sejati hilang. Iman didasari oleh rasa takut. Wajah Tuhan seolah seringai yang penuh kebengisan.

Begitulah memang diajarkan pada kita. Berimanlah dengan rasa takut, takut pada Tuhan, takut pada surga dan neraka-Nya.  

Tapi, bukankahkah beriman seharusnya membebaskan dan memerdekakan jiwa? Mungkinkah dibangun sebuah narasi baru tentang beriman tanpa rasa takut? Mungkinkah dunia yang damai tercipta tanpa harus ada surga dan neraka?

Dengan demikian, Tuhan yang welas asih dihidupi, tidak mati dibunuh.

***

Rumit ya...hahahah...Gumaman anak saya yang membuat saya mencari cerita soal Lennon menjadikan malam-malam saya rumit memikirkan beginian. 

Seorang teman menasihati, “Sudahlah, beriman itu memang irasional.”

Tapi,...ah, sudahlah...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com