Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Calon Independen Dianggap Menakutkan bagi Parpol

Kompas.com - 22/03/2016, 17:02 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana memperberat syarat bagi bakal calon kepala daerah yang maju melalui jalur perseorangan dipandang sebagai rencana yang tidak rasional.

Aktivis Indonesia Corruption Watch, Donald Fariz, berpandangan bahwa seharusnya syarat calon independen diturunkan agar mempermudah bagi siapa pun yang ingin mendaftar Pilkada.

Ia beranggapan, wacana yang digulirkan DPR untuk menaikan syarat pencalonan perseorangan justru akan mengancam proses demokrasi yang selama ini dibangun. (baca: Di Depan Ahok, Surya Paloh Sindir Parpol yang Mau Hambat Calon Independen)

Donald menduga, wacana tersebut merupakan upaya partai politik untuk meredam fenomena calon independen yang belakangan ini mulai bermunculan.

"Tidak ada rasionalitas kenapa angka itu harus dinaikan. Alasannya selalu open legal policy. Tidak ada alasan kenapa ada angka itu yang keluar. Kalau mau adil, kenapa nggak menurunkan syarat calon dari parpol?" ujar Donald dalam diskusi yang bertajuk 'Perihal Calon Perseorangan dan Revisi UU Pilkada' di kantor Perludem, Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2016).

Menurut Donal, fenomena yang terjadi di DKI Jakarta dengan munculnya sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok adalah anomali yang terjadi di dunia politik.

Ketika Ahok mendeklarasikan maju dalam Pilgub DKI melalui jalur independen, beberapa parpol malah mendekati dan menyatakan mendukung. (baca: Surya Paloh: Apa Saja yang Ahok Minta, Kita Kasih)

Sedangkan selama ini, menurut Donald, seseorang yang ingin mencalonkan diri harus datang ke parpol, ikut seleksi internal partai dan memberikan mahar.

"Namun, Ahok memutus mekanisme tersebut. Ahok lahir di luar rahim parpol. Hal ini bisa dilihat juga sebagai kritik atas metode pencalonan oleh Parpol," kata dia.

Fenomena calon independen yang muncul di luar rahim parpol, kata Donald, tidak hanya terjadi di Jakarta. (baca: Ahok: Ini yang Buat Saya Jadi Enggak Enak Hati dengan Surya Paloh)

Ia memberi contoh lain, yakni Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

"Ini menakutkan bagi partai politik. Ke depannya akan dianggap bahaya jika makin banyak calon yang muncul dari luar Parpol," kata Donal.

Oleh karena itu, ia mengatakan, munculnya wacana menaikan syarat dukungan bagi calon perseorangan dianggap sebagai upaya untuk membendung lahirnya calon pemimpin nonparpol. (baca: Surya Paloh: Ahok ya Ahok, Tidak Pencitraan Pakai "Lipstik" Berlebihan)

Ia berharap, ke depannya Pemerintah dan DPR tidak meningkatkan syarat dukungan bagi calon perseorangan, agar lebih banyak lagi figur pemimpin yang independen, dikehendaki masyarakat dan bebas dari konflik kepentingan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com