Kepada mereka yang menjadi sasaran kritik, ada pepatah berbunyi, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa. Artinya makin tinggi jabatan, posisi, status sosial atau ekonomi, maka makin banyak juga kritik mendatanginya. Makin banyak orang yang ingin menjatuhkannya.
Maka jika Anda berada dalam posisi yang tinggi, sebaiknya jangan pula terlalu alergi pada angin. Dalam cerita di bawah ini, kritik adalah keniscayaan:
Seorang bapak bersama anaknya pergi ke pasar membawa keledai mereka. Anaknya jalan kaki, sedangkan bapak itu menunggangi keledainya.
Dalam perjalanan, orang-orang berbisik, kata mereka, “Sungguh memalukan. Bapak tidak tahu diri itu membiarkan anaknya jalan kaki sedangkan dirinya enak naik keledai.”
Mendengar kritik itu, sang bapak bertukar tempat dengan anaknya. Si anak naik keledai dan bapaknya berjalan kaki. Namun mereka mendengar komentar lagi, “Lihat anak itu tidak mengasihani bapaknya yang sudah tua dan membiarkannya berjalan.”
Keduanya bingung, lalu memutuskan untuk menunggangi keledai itu bersama-sama.
Berjalan beberapa langkah, kembali ada orang yang mengkritiknya, “Kasihan keledai itu menanggung beban yang berat. Dasar orang-orang tak berbelas kasihan.”
Akhirnya keduanya turun dan memutuskan berjalan kaki bersama. Namun orang lain berseru, “Lihatlah bapak dan anak yang bodoh itu. Mereka punya keledai namun memilih berjalan kaki.”
Cerita ini memberi gambaran bahwa apapun yang dilakukan seseorang, pasti ada orang lain yang menyalahkannya, mengkritiknya.
Bila orang biasa pun tak lepas dari kritik, maka seorang pejabat, apalagi pemimpin negara, sewajarnya juga menerima lebih banyak kritikan. Jika seseorang tidak ingin dikritik, maka janganlah ia melakukan tindakan apapun, jangan bicara apapun, dan jangan menjadi siapa-siapa.
Yang harus dilakukan adalah menerima kritik sebagai cara untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Saat Jenderal Dwight Eisenhower memiliki rencana, ia biasa mengundang para kritikus untuk menguji rencananya, dan mencari kelemahan-kelemahan pada rencana itu.
Seseorang pernah menanyakan mengapa ia membuang-buang waktu dengan para kritikus dan bukannya mengundang para penasehat saja. Eisenhower menjawab, “Kritik akan membantu saya menemukan cacat pada rencana ini sehingga saya bisa menghindarinya atau memperbaikinya.”
Oleh karenanya seorang pemimpin yang dikritik tidak perlu sensi. Tak perlu memberi label “jahat” pada pengkritik. Siapa tahu kritik itu berguna.
Andaipun sebuah kritik ternyata tidak berguna dan dilontarkan karena kecemburuan atau kebencian, dia harus ingat pepatah: “Tidak ada monumen yang dibangun untuk menghormati pencela.”